PROPOLIS
keajaiban dari lebah
Artikel di Trubus Artikel Utama
Majalah Trubus No.482 Januari 2010
Sumber:
http://www.trubus-online.co.id/trindo3/Topik/propolis.html
- Atasi 30 Penyakit
- Terbukti Secara Ilmiah
Peti mati dan lokasi pemakaman Tarsisius Sarbini sudah
disiapkan. Kondisi pria 61 tahun itu memburuk akibat penyakit jantung koroner.
Dokter menawarkan operasi by pass untuk mengatasi pencabut nyawa nomor wahid
itu, tetapi keluarga menolak.
Bagi pasangan Tarsisius Sarbini dan Sri Subekti yang
berprofesi guru, biaya operasi Rp150-juta itu sangat mahal. ‘Jika rumah saya
jual juga tak menyelesaikan masalah. Saya tak mau menyengsarakan anak-istri,’
kata Sarbini yang merokok sejak 1970 dan menghabiskan 3 bungkus setiap hari
mulai 1985 hingga 1995. Apalagi menurut dokter yang merawat peluang sembuh
setelah operasi hanya 50%. Dalam kondisi pasrah itu sebuah peti mati pun
disiapkan.
Tak ada pilihan lain bagi Sri Subekti selain harus membawa
suami kembali ke rumah. Pada 5 September 2005 itu mereka meninggalkan
rumahsakit di Bandung dan pulang ke Depok, Jawa Barat. Pria kelahiran Banyumas,
Jawa Tengah, 14 Maret 1944 itu hanya terbaring. Seluruh aktivitasnya
dilangsungkan di atas tempat tidur. Keluarga bagai menanti dentang lonceng
kematian Sarbini.
Pertahanan kota
Jauh sebelum disarankan operasi, Sarbini berupaya keras
mencari kesembuhan. Ia mengkonsumsi beragam herbal. Sekadar menyebut contoh ia
rutin minum segelas rebusan daun keluwih Artocarpus altilis. Lama konsumsi 3
bulan, belum juga membawa perubahan. Ia juga disiplin menelan 9 jenis obat yang
diresepkan dokter 3 kali sehari, tetapi 7 sumbatan di jantung belum juga
teratasi.
Beberapa hari setelah tiba di rumah, H Anwar, orangtua dari
murid yang ia didik, menyodorkan propolis. Sarbini pun patuh dan mengkonsumsi
propolis 3 kali sehari. Tiga jenis obat dari dokter – sama dengan yang di
konsumsi sebelumnya – ia telan 1 jam setelah menelan propolis. Sepekan
berselang, pria 65 tahun itu merasakan khasiatnya. ‘Saya bisa berjalan 5 meter
dan mengangkat gayung,’ kata Sarbini.
Itu kemajuan luar biasa. Sebelumnya, jangankan berjalan,
bangkit dari tidur pun ia tak mampu. Dada yang semula sakit seperti
ditusuk-tusuk pisau, intensitasnya kian berkurang. Keruan saja istri dan
keluarganya senang bukan kepalang. Sebulan kemudian ia merasa sangat bugar.
Saat ditemui Trubus di rumahnya pada 16 Desember 2009, Sarbini tampak gagah.
Aktivitasnya jalan sehat ketika pagi dan mengajar pada siang
hingga sore hari. Singkat kata keluhan-keluhan yang dulu ia rasakan, hilang
sama sekali. Kesembuhannya memang belum ia buktikan melalui pemeriksaan medis.
Setelah kondisinya membaik, 4 tahun terakhir Sarbini belum memeriksakan jantung
lantaran biaya relatif mahal, mencapai Rp25-juta.
Menurut dr Robert Hatibi di Jakarta sembuhnya Sarbini dari
penyumbatan pembuluh darah jantung karena kemampuan propolis mengikat radikal
bebas sehingga sumbatan terkikis. Sumbatan itu akibat nikotin dalam rokok yang
menebalkan dinding pembuluh darah di jantung. Selain mengikis, ‘Propolis juga
menjaga kemudian mempertahankan elastisitas dan daya kapilaritas aorta serta
vena jantung,’ kata Hatibi.
Mumi
Propolis yang dikonsumsi Sarbini merupakan produk yang
dihasilkan lebah. Spesies yang banyak diternakkan adalah Apis cerana dan Apis
mellifera. Propolis berbeda dengan madu, produk utama lebah. Madu terdapat di
dalam sarang heksagonal; propolis di luar sarang. Pada sarang buatan berupa kotak
kayu, lebah-lebah pekerja meletakkan propolis di celah antarpapan, bingkai,
atau tutup sarang.
Ir Hotnida CH Siregar MSi, ahli lebah dari Institut
Pertanian Bogor mengatakan lebah pekerja mengolah propolis dari berbagai bahan
seperti pucuk daun, getah tumbuhan, dan kulit beragam tumbuhan seperti akasia
dan pinus. Menurut Dolok Tinanda Haposan Sihombing, ahli lebah dari Institut
Pertanian Bogor, propolis merupakan bahan campuran kompleks terdiri atas malam,
resin, balsam, minyak, dan polen.
Kata propolis berasal dari bahasa Yunani: pro berarti
sebelum, polis bermakna kota. Kota dalam kehidupan serangga sosial itu adalah
sarang. Secara harfiah propolis bermakna sebelum sampai kota. Bagi lebah
propolis bermanfaat menambal celah-celah sarang, menutup lubang, dan
mensterilkan sarang. ‘Kota’ lebah selalu dalam kondisi steril berkat propolis.
Hotnida mengatakan fungsi propolis lain adalah membungkus
atau memumikan bangkai hama yang masuk ke sarang lebah. Dengan demikian
propolis menghentikan pertumbuhan dan penyebaran bakteri, cendawan, dan virus
sehingga penyakit tak tersebar dan sarang tetap steril. Hama yang dibungkus
dengan propolis pun menjadi awet dan tak busuk lantaran propolis bersifat
antibakteri. Metode itulah yang ditiru oleh nenek moyang bangsa Mesir untuk
mengawetkan jenazah.
Menurut Ir Bambang Soekartiko, pemilik Bina Apiari, kualitas
propolis tergantung dari sumber tanaman dan proses pembuatan. Tanaman sumber
propolis di negara subtropis seperti Bulgaria, Korea, dan Rusia adalah pohon
poplar Populus sp. Brasil mempunyai Bacharis dracunculifolia dan Dalbergia sp
masing-masing sebagai sumber propolis hijau dan merah yang mempunyai
bioflavonoid tinggi. Brasil sohor sebagai negara utama produsen propolis di
dunia.
Produknya yang terkenal adalah propolis hijau bermutu tinggi
karena kandungan bioflavonoid yang tinggi. Flavonoid merupakan komponen
tumbuhan yang bersifat sebagai bahan-bahan anticendawan, antibakteri,
antivirus, antioksidan, dan antiinflamasi. ‘Di Indonesia belum ada penelitian
jenis tanaman sumber propolis yang kandungan bioflavonoid tinggi,’ kata
Soekartiko (baca: Rahasia dalam Sebuah Sarang halaman 25).
Kotoran?
Warna propolis beragam, meski pada umumnya cokelat gelap.
Namun, kadang-kadang ditemukan juga propolis berwarna hijau, merah, hitam,
bahkan putih tergantung dari sumber resin. Produksi propolis relatif kecil, 20
gram setahun dari 200.000 lebah. Karena warnanya yang cenderung gelap itulah
banyak peternak lebah menganggap propolis sebagai kotoran.
Apalagi para peternak itu juga belum mengetahui khasiat
propolis. Oleh karena itu mereka justru membuang propolis dari sarang karena
menganggap kotor. Padahal, untuk memanen propolis, relatif mudah. Peternak
mengerok secara hati-hati dan mengekstraknya (baca: Kuncinya pada Pelarut
halaman 20). Nah, karena jarang dilirik peternak, maka penggunaan propolis
untuk kesehatan kalah populer ketimbang produk lebah lain seperti madu dan
royal jeli. Peternak lebah di Amerika Serikat juga menganggap propolis sebagai
bahan pengganggu. Propolis melekat di tangan, pakaian, dan sepatu ketika cuaca
panas serta berubah keras dan berkerak ketika dingin.
Padahal, harga propolis jauh lebih mahal daripada madu. Saat
ini di Indonesia harga propolis di tingkat peternak mencapai Rp700.000; madu,
Rp35.000 per kg. Baru pada akhir 1990-an propolis dilirik sebagai bahan
berkhasiat ketika Jepang meriset lem lebah untuk kesehatan. Takagi Y dari Sekolah
Kesehatan Universitas Suzuka membuktikan keampuhan propolis meningkatkan sistem
imunitas tubuh. Riset lain dari University of Japan membuktikan bahwa propolis
mengurangi risiko sakit gigi. Dari pembuktian ilmiah itulah penggunaan propolis
sohor di Jepang.
Riset ilmiah
Seiring dengan tren pemanfaatan propolis, para periset
menguji ilmiah lem lebah itu. Dra Mulyati Sarto MSi, peneliti di Fakultas
Biologi Universitas Gadjah Mada, membuktikan bahwa propolis sangat aman
dikonsumsi. Dalam uji praklinis, Mulyati membuktikan LD50 propolis mencapai
lebih dari 10.000 mg. LD50 adalah lethal dosage alias dosis yang mematikan
separuh hewan percobaan.
Jika dikonversi, dosis itu setara 7 ons sekali konsumsi
untuk manusia berbobot 70 kg. Faktanya, dosis konsumsi propolis di masyarakat
amat rendah, hanya 1 – 2 tetes dalam segelas air minum. Dosis penggunaan lain
pun hanya 1 sendok makan dilarutkan dalam 50 ml air.
‘Tingkat toksisitas propolis sangat rendah, jika tak boleh
dibilang tidak toksik,’ kata Mulyati. Bagaimana efek konsumsi dalam jangka
panjang? Master Biologi alumnus Universitas Gadjah Mada itu juga menguji
toksisitas subkronik. Hasilnya konsumsi propolis dalam jangka panjang tak
menimbulkan kerusakan pada darah, organ hati, dan ginjal. Dua uji ilmiah itu –
toksisitas akut dan toksisitas subkronik – membuktikan bahan suplemen purba itu
sangat aman dikonsumsi.
Propolis itu pula yang dikonsumsi Evie Sri, kepala Sekolah
Dasar Negeri Kertajaya 4 Surabaya, untuk mengatasi kanker payudara stadium IV.
Evie akhirnya sembuh dari penyakit mematikan itu. Kesembuhannya selaras dengan
riset Prof Dr Mustofa MKes, peneliti di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
Mada, yang meriset in vitro propolis sebagai antikanker. Sang guru besar
menggunakan sel HeLa dan Siha – keduanya sel kanker serviks – serta T47D dan
MCF7 (sel kanker payudara).
Selain itu ia juga menguji in vivo pada mencit yang
diinduksi 20 mg dimethilbenz(a)anthracene (DMBA), senyawa karsinogenik pemicu
sel kanker. Frekuensi pemberian 2 kali sepekan selama 5 minggu. Hasil riset
menunjukkan propolis mempunyai efek sitotoksik pada sel kanker. Nilai IC50 pada
uji in vitro mencapai 20 – 41 ?g/ml. IC50 adalah inhibition consentration alias
konsentrasi penghambatan propolis terhadap sel kanker.
Untuk menghambat separuh sel uji coba, hanya perlu 20 – 41
?g/ml. Angka itu setara 0,02 – 0,041 ppm. Bandingkan dengan tokoferol yang
paling top sebagai antioksidan. Nilai IC50 tokoferol cuma 4 – 8 ppm. Artinya
ntuk menghambat radikal bebas dengan propolis perlu lebih sedikit dosis
ketimbang tokoferol. Dengan kata lain nilai antioksidan propolis jauh lebih
besar daripada tokoferol.
Pada uji in vivo, propolis berefek antiproliferasi.
Proliferasi adalah pertumbuhan sel kanker yang tak terkendali sehingga berhasil
membentuk kelompok. Dari kelompok itu muncul sel yang lepas dari induknya dan
hidup mandiri dengan ‘merantau’ ke jaringan lain. Antiproliferasi berarti
propolis mampu menghambat pertumbuhan sel kanker.
‘Terjadi penurunan volume dan jumlah nodul kanker pada tikus
yang diberi 0,3 ml dan 1,2 ml propolis,’ ujar dr Woro Rukmi Pratiwi MKes, SpPD,
anggota tim riset. Dalam penelitian itu belum diketahui senyawa aktif dalam
propolis yang bersifat antikanker. Namun, menurut dr Ivan Hoesada di Semarang,
Jawa Tengah, senyawa yang bersifat antikanker adalah asam caffeat fenetil
ester.
Terpadu
Banyak bukti empiris yang menunjukkan penderita-penderita
penyakit maut sembuh setelah konsumsi propolis. ‘Penyakitnya berat yang dokter
spesialis sudah pasrah,’ kata dr Ivan. Sekadar menyebut beberapa contoh adalah
Siti Latifah yang mengidap stroke, Wiwik Sudarwati (gagal ginja), dan Rohaya
(diabetes mellitus). Menurut dr Hafuan Lutfie MBA mekanisme kerja propolis
sangat terpadu. Dalam menghadapi sel kanker, misalnya, propolis bersifat antiinflamasi
alias antiperadangan dan anastesi atau mengurangi rasa sakit.
Yang lebih penting propolis menstimuli daya tahan tubuh.
‘Tubuh diberdayakan agar imunitas bekerja sehingga mampu memerangi penyakit,’
kata Lutfie, dokter alumnus Universitas Sriwjaya. Kemampuan propolis
meningkatkan daya tahan tubuh disebut imunomodulator. Dr dr Eko Budi Koendhori
MKes dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga membuktikan peningkatan
kekebalan tubuh tikus yang diberi propolis. Biasanya infeksi Mycobacterium
tuberculosis – bakteri penyebab tuberkulosis (TB) – menurunkan kekebalan tubuh
dengan indikasi anjloknya interferon gamma dan meningkatkan interleukin 10 dan
TGF. Interferon gamma adalah senyawa yang diproduksi oleh sel imun atau sel T
yang mengaktifkan sel makrofag untuk membunuh kuman TB. Interleukin dan TGF
merupakan senyawa penghambat interferon gamma.
Doktor ahli tuberkulosis itu membuktikan interferon gamma
tikus yang diberi propolis cenderung meningkat hingga pekan ke-12. Sebaliknya
interleukin 10 justru tak menunjukkan perbedaan bermakna. ‘Pemberian propolis
pada mencit yang terinfeksi TB mampu mengurangi kerusakan pada paru-paru dengan
cara meningkatkan sistem imun tubuh,’ kata dr Eko. (Sardi Duryatmo/Peliput:
Argohartono, Nesia Artdiyasa, & Tri Susanti)
____________________
STOP CUCI DARAH
Sumber http://www.trubus-online.co.id/trindo3/Obat-tradisional/stop-cuci-darah.html
Adhitya Tri Wardhana kejang, seluruh badan kaku, dan lemas.
Ternyata itu gejala gangguan fungsi ginjal sehingga mesti cuci darah.
Acara liburan kelulusan sekolah di Bali pun riuh, guru dan
teman-teman yang tengah asik bermain panik. Mereka membawa Adhitya yang saat
itu berusia 16 tahun ke rumahsakit. Hasil pemeriksaan dokter menunjukkan fungsi
ginjal Adhitya positif turun. Di tubuhnya terdeteksi penumpukan sisa
metabolisme protein dan kekurangan elektrolit. Itulah sebabnya dokter memberi
suntikan elektrolit untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh.
Kondisi kesehatan yang tidak bagus memaksa Adhitya
mengakhiri liburannya lebih cepat dan pulang ke Surabaya, Jawa Timur. Wiwik
Sudarwati MPd, ibunda Adhitya, tidak percaya jika ginjal anaknya bermasalah.
“Waktu berangkat ke Bali, Adhitya masih segar bugar. Tetapi kok tiba-tiba
sakit,” kata ibu 3 anak itu. Oleh karena itu Wiwik kembali membawa Adhitya ke
Rumahsakit Sint Vincentius a Paulo (sohor dengan nama RKZ atau Roomsch
Katholiek Ziekenhuis), Surabaya. Hasil diagnosis dokter sama saja: bungsu tiga
bersaudara itu mengalami gangguan fungsi ginjal.
Sejak itu Adhitya rutin mengkonsumsi obat-obatan dan
mengecek kesehatan sebulan sekali. Beraktivitas berat pun terlarang. Menu
makanannya juga diatur. Adhitya menghindari konsumsi makanan berprotein tinggi.
Tujuannya supaya ginjal tidak bekerja terlalu berat dalam membuang sisa-sisa
metabolisme protein. “Adhitya hanya boleh mengkonsumsi protein 40 g sehari,”
kata Wiwik.
Cuci darah
Hampir 3 tahun Adhitya hidup di bawah pengawasan dokter.
Selama itu ia tidak mengalami keluhan sakit. Namun, menjelang pelulusan SMA,
kesehatan pria yang kini berusia 22 tahun itu drop. Saat itu ia mengikuti
banyak kegiatan bimbingan belajar sehingga sering pulang malam dan pola makanan
pun tidak terkontrol. Akibatnya, Adhitya kembali menginap di rumah sakit.
Dokter mendiagnosis positif gagal ginjal. Hasil pemeriksaan
laboratorium menunjukkan kadar kreatinin dalam darah tinggi mencapai 12 mg/dl,
kadar normal 0,6—1,2 mg/dl. Solusinya cuci darah 2 kali sepekan. Saat ini biaya
sekali cuci darah berkisar Rp800.000. Namun, keluarga memutuskan Adhitya untuk
mengkonsumsi obat-obatan. Pilihan itu ternyata berisiko tinggi.
Buktinya berselang 2 hari setelah menolak saran dokter,
Adhitya kembali menjalani pemeriksaan darah. Hasilnya, kadar kreatinin semakin
melonjak, 15 mg/dl . Dokter mengingatkan lagi untuk segera cuci darah. Bila
dibiarkan, kreatinin akan meracuni organ tubuh lain. Dokter juga memberikan
opsi lain, yaitu transplantasi ginjal. Salah satu dari orangtua Adhitya harus
rela menyumbangkan ginjal kepada sang anak. “Biayanya mencapai Rp400-juta,”
ujar Wiwik.
Menurut dr Sidi Aritjahja, dokter di Yogyakarta, gagal
ginjal merupakan ketidakmampuan ginjal menyaring dan mengeluarkan zat-zat
racun, seperti kreatinin, dari tubuh sehingga menumpuk dalam darah. Kadar
kreatinin tinggi menandakan organ yang mirip seperti biji kacang merah itu
gagal bekerja. Kondisi itu berbahaya karena bisa meracuni organ tubuh lain.
Oleh sebab itulah penderita gagal ginjal harus menjalani cuci darah.
Kali ini, Adhitya manut terhadap saran dokter. Ia
dirawat-inap dan melakukan cuci darah rutin 2 kali sepekan. Setelah 18 hari
menginap di rumahsakit, dokter mengizinkan Adhitya pulang. Namun, setiap 5 hari
sekali ia harus kembali untuk cuci darah. Selain itu ia juga harus tetap
menjaga menu makanan supaya pencernaannya tidak memberatkan kerja ginjal.
Propolis
Pada pertengahan 2007, Wiwik bertemu salah satu rekannya,
Baktiono. Ketika itulah Baktiono menyarankan kepada Wiwik agar memberikan
propolis untuk mengobati Adhitya. Menurut Baktiono konsumsi propolis bagus
untuk meringankan beragam penyakit. Propolis merupakan produk yang dihasilkan
lebah Apis cerana dan Apis mellifera. Jika madu terdapat di dalam sarang
heksagonal; propolis di luar sarang. Menurut Ir Hotnida CH Siregar MSi, ahli
lebah dari Institut Pertanian Bogor, lebah pekerja mengolah propolis dari
berbagai bahan seperti pucuk daun, getah tumbuhan, dan kulit beragam tumbuhan.
Tertarik dengan saran itu, Wiwik lantas membeli 1 botol
propolis. Ia kemudian menyuruh Adhitya mengkonsumsinya 3 kali sehari sebelum
makan. Dosis sekali minum 1 sendok makan propolis yang dicampurkan dalam 50 cc
air. S atu setengah bulan rutin mengkonsumsi propolis, Adhitya melakukan cek
darah. Hasilnya positif, kadar kreatin turun di bawah 10 mg/dl. Menurut dokter
yang memeriksa kadar kreatin di bawah 10 mg/dl tidak perlu cuci darah.
Hasil itu merupakan kabar gembira bagi Adhitya dan keluarga.
Bahkan setahun rutin mengkonsumsi propolis, ia pun tak pernah lagi diwajibkan
untuk cuci darah. Pemeriksaan laboratorium terakhir, pada pertengahan 2008,
menunjukkan kadar kreatin turun menjadi 4 mg/dl. Sejak itu Adhitya rutin
mengkonsumsi propolis sampai sekarang. Selain tak perlu cuci darah, konsumsi
propolis juga meningkatkan stamina. Dulu Adhitya sering lemas dan cepat capai.
Sekarang kondisinya lebih energik dan fit. Mahasiswa di Universitas Bhayangkara
itu pun leluasa beraktivitas sehari-hari. “Dulu ke mana-mana harus diantar,
sekarang sudah bisa pergi sendiri,” kata Wiwik.
Dengan rutin mengkonsumsi propolis, Adhitya kini terbebas
dari cuci darah. Menurut Liu CF, periset di National Taipei College of Nursing,
antioksidan propolis mampu melindungi ginjal dari kerusakan parah. Khasiat itu
dibuktikan Liu secara in vivo pada hewan percobaan. Ia menguji 2 kelompok tikus
yang menderita gagal ginjal akut. Satu kelompok diberi propolis; kelompok lain,
tanpa propolis.
Sejam setelah pemberian propolis, Liu lalu mengamati tingkat
kerusakan ginjal tikus. Hasilnya, kerusakan ginjal kelompok yang tidak
mengkonsumsi propolis lebih parah ketimbang kelompok yang mendapatkan asupan
propolis. Itu ditandai dengan meningkatnya kadar malondialdehid (MDA) dalam
ginjal tikus. Kadar malondialdehid tinggi mengindikasikan terjadinya stres
oksidatif yang bisa memicu kerusakan ginjal.
Menurut Prof Dr Mustofa Mkes Apt, periset di Bagian
Farmakologi & Toksikologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada,
sifat antioksidan pada propolis lantaran mengandung senyawa flavonoid dan
polifenol. Senyawa aktif itu melindungi tubuh dari gempuran radikal bebas
penyebab kerusakan sel. Dengan terlindungnya ginjal dari kerusakan parah maka
proses regenerasi sel pun bisa lebih mudah berjalan. Adhitya Tri Wardhana
merasakan manfaat itu. Ia terbebas dari cuci darah sejak rutin mengkonsumsi
propolis. (Ari Chaidir/Peliput: Rosy Nur Apriyanti)
____________________
Bukti Khasiat Dari Lab
Sumber
http://www.trubus-online.co.id/trindo3/Topik/bukti-khasiat-dari-lab.html
Siapa tak merinding mendengar kata AIDS – menurunnya sistem
kekebalan tubuh akibat infeksi human immunodeficiency virus HIV yang memicu
munculnya beragam penyakit? Menurut data World Health Organization (WHO),
sekitar 2-juta penduduk dunia meninggal akibat AIDS sepanjang 2008. Jumlah itu
mungkin turun jika para pengidap AIDS mengenal propolis.
Propolis memang belum dibuktikan secara klinis bisa
mengatasi HIV. Namun, berdasar riset in vitro – di laboratorium – yang
dilakukan para peneliti dari University of Minnesota, Minneapolis, Amerika
Serikat, propolis berpotensi meningkatkan kekebalan tubuh para penderita
HIV/AIDS. Tim peneliti menduga zat antiviral yang terkandung dalam propolis
menghambat masuknya virus ke dalam CD4+ limfosit.
Propolis dosis 66,6 µg/ml dalam kultur sel CD4+ – sel T
dalam sistem kekebalan yang memiliki reseptor CD4 mampu menghambat ekspresi
virus HIV maksimal 85%. Lazimnya pada penderita HIV/AIDS, virus mematikan itu
menginfeksi sel bereseptor CD4 dan merusaknya. Makanya, jumlah sel ber-CD4 pada
penderita HIV/AIDS turun jauh di bawah angka normal. Pada orang sehat,
jumlahnya sekitar 500 – 1.500/mm3 darah.
Penyakit berat
Berdasarkan riset di luar maupun dalam negeri, propolis
memang terbukti ampuh melawan beberapa penyakit berat. Dr dr Eko Budi Koendhori
Mkes, dari Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
(FK UNAIR), misalnya, membuktikan lem lebah itu membantu menekan kerusakan
jaringan paru pada mencit yang diinfeksi Mycobacterium tuberculosis – bakteri
penyebab penyakit tuberculosis (TBC).
Dari 100 mencit yang diinfeksi M. tuberculosis, tikus yang
diberi kombinasi Isoniasid – obat antituberculosis – 25 mg/kg bobot badan dan
propolis menunjukkan peningkatan kadar interferon ?. Interferon ? berperan
mengaktifkan sel makrofag yang membunuh bakteri TBC. Mencit yang hanya diberi
Isoniasid mengalami peningkatan kerusakan paru dari minggu ke-5 hingga ke-12.
Sementara kondisi paru mencit yang diberi Isoniasid dan propolis dosis 800 mg
pada minggu ke-12 sama seperti pada minggu ke-5.
Propolis berperan meningkatkan kekebalan penderita sehingga
kerusakan jaringan dapat ditekan. Obat standar bekerja secara langsung
menyerang bakteri TBC. Nah, kombinasi obat dan propolis mematikan bakteri TBC
sekaligus mengurangi kerusakan paru-paru akibat serangan bakteri. “Propolis
sangat bagus untuk meningkatkan sistem imun. Selain itu saya duga memiliki
kemampuan antikanker,” tutur Eko.
Kanker
Dugaan Eko tidak meleset. Berdasar riset yang dilakukan di
laboratorium Pengujian dan Penelitian Terpadu (LPT) UGM, produk propolis yang
diteliti dapat menghambat sel kanker HeLa (sel kanker serviks), Siha (sel
kanker uterus), serta T47D dan MCF7 (sel kanker payudara) dengan nilai IC50
berkisar 20 – 41 µg/ml. Artinya, propolis dosis 20 – 41 µg/ml dapat menghambat
aktivitas 50% sel kanker dalam kultur.
Itu sejalan dengan penelitian dr Woro Pratiwi MKes SpPD,
dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM). Propolis yang
diberikan selama 1 bulan memiliki efek antikanker dalam organisme hidup. Itu
ditunjukkan dengan menurunnya jumlah nodul atau tonjolan tumor dan menurunnya
aktivitas proliferasi – penggandaan – sel tumor kelenjar payudara pada mencit.
Namun, efeknya masih lebih rendah dibanding pada mencit yang diberi obat kanker
standar, doksorubisin. “Sehingga, perlu dikaji penggunaan propolis dengan obat
antikanker terstandar untuk memberikan efek terapi optimal dan efek samping
minimal,” ujar Woro.
Polifenol dan flavonoid, sebagian senyawa yang terkandung
dalam propolis, kemungkinan berperan menghambat proliferasi sel kanker. Menurut
Dr Edy Meiyanto dari Fakultas Farmasi UGM, flavonoid biasanya mempunyai
struktur khas yang mampu menghambat protein kinase yang digunakan untuk
proliferasi sel. Jika protein kinase ini dihambat, proses fisiologi sel pun
terhambat sehingga sel melakukan apoptosis alias membuat program bunuh diri.
“Senyawa golongan flavonoid dan polifenol yang ada dalam
propolis juga memiliki efek antioksidan dan antitrombositopenia,” kata Prof Dr
Mustofa MKes Apt dari Bagian Farmakologi & Toksikologi FK UGM. Penelitian
tim FK UGM menunjukkan sediaan propolis yang diuji mampu mencegah penurunan
trombosit pada mencit yang diinfeksi Plasmodium berghei – salah satu parasit
penyebab malaria pada mamalia selain manusia. Dosis optimal 5 ml/kg bobot badan
juga mampu meningkatkan jumlah eritrosit hingga 37% setelah 8 hari pemberian.
Aman
Khasiat lain propolis yang sudah dibuktikan lewat riset
yaitu efek antimikrobanya. Uji yang dilakukan Eko pada 2007 menunjukkan
propolis mampu membunuh 26 isolat bakteri Staphylococcus aureus penyebab
infeksi pada kulit dan saluran pernapasan serta Escherichia coli penginfeksi
saluran pencernaan. Propolis dosis 10% dan 20% mampu membunuh seluruh sampel
kedua jenis bakteri.
Penelitian serupa oleh Dr Jessie Pamudji di Sekolah Farmasi,
Institut Teknologi Bandung membuktikan efek antibakteri propolis terhadap S.
aureus dan Propionibacterium acnes – biang jerawat. “Itu karena propolis
mengandung senyawa yang bersifat antimikroba yaitu flavon pinocembrin, flavonol
galangin, dan asam kafeat,” ujar Jessie.
Dra Mulyati Sarto, MSi Yang terpenting, riset membuktikan
propolis aman meski dikonsumsi dalam jangka panjang. Menurut Dra Mulyati Sarto,
MSi dari LPT UGM, toksisitas propolis sangat rendah. “Mencit yang diberi
propolis tiap hari selama 1 bulan dengan dosis normal, fungsi dan kondisi organ
tubuhnya tetap bagus, tidak bermasalah,” ujarnya. Dosis normal yang dimaksud
setara 1 sendok makan propolis dilarutkan dalam 50 ml air untuk konsumsi
manusia. Propolis baru menyebabkan kematian separuh jumlah hewan uji pada dosis
di atas 10.000 mg/kg bobot badan. Jika dikonversikan ke orang berbobot 60 kg, dosis
itu setara konsumsi 0,6 kg propolis setiap hari. Artinya, keampuhan dan
keamanan propolis telah terbukti. (Tri Susanti/Peliput: Faiz Yajri, Nesia
Artdiyasa & Rosy Nur Apriyanti)
___________________
Propolis Gagalkan Amputasi
Sumber
http://www.trubus-online.co.id/trindo3/Obat-tradisional/propolis-gagalkan-amputasi.html
Mengunjungi kerabat dekat pada pertengahan 2006 berakibat
fatal bagi Yatinah. Dengan Kadar gula darah 423 mg/l kakinya tak merasakan kap
mesin angkutan kota yang panas. Sesampai di rumah punggung kaki melepuh.
Luka melepuh itu kemudian membengkak berisi cairan. Karena
bengkak kian membesar, perempuan berusia 61 tahun itu lantas dibawa ke
rumahsakit di Bekasi. Dokter menyayat dan mengeluarkan cairan lalu menjahitnya.
Luka sayatan itulah awal derita. Penyakit gula membuat luka tak kunjung
menutup. Dalam 3 bulan, luka itu semakin lebar dan dalam.
Meski setiap hari dicuci dengan air hangat dan dikompres,
luka tak juga mengecil. Di bulan kelima, lukanya malah mulai bernanah dan
menguarkan bau tak sedap. Puncaknya pada awal 2007 luka tembus sampai telapak
kaki dan menjadi ganren. Ia pun tak lagi mampu berdiri, apalagi berjalan.
Mobilitas perempuan 9 anak itu bergantung pada kursi roda.
Yatinah kerap bolak-balik ke klinik dan rumahsakit untuk
memeriksakan lukanya. Perempuan yang hidupnya hanya mengandalkan warung makanan
kecil di depan rumah itu mesti merogoh kocek Rp250.000—Rp500.000 setiap
periksa. Meski demikian, ganren terus menjalar sampai kulit di sekitarnya lebam
menghitam. Maret 2007, lebam kehitaman itu menjalar mendekati pergelangan kaki.
“Jika sudah sampai pergelangan kaki harus di amputasi,” kata Yatinah menirukan
ucapan dokter. Ia pun hanya bisa pasrah sambil terus mengkonsumsi obat dari
dokter.
Sembuh
Pada April 2007, seorang tetangga datang berkunjung dan
menyarankan mengkonsumsi propolis. Yatinah menurut walau ragu. “Dokter di
klinik dan rumahsakit dengan obat buatan pabrik terkenal saja tidak bisa
menyembuhkan, apalagi suplemen biasa,” katanya. Selama 3 hari ia mengkonsumsi
kapsul berisi 500 mg propolis pada pagi, siang, dan malam sebelum tidur.
Menurut Yatinah, konsumsi awal rendah itu untuk memberi kesempatan tubuh
beradaptasi.
Setelah 3 hari konsumsi, Yatinah merasakan tidak ada reaksi
penolakan dari tubuh dan baunya berkurang. Saat itulah ia merasakan lukanya
berdenyut, pertanda saraf perasa kembali aktif. Konsumsi pun ditingkatkan
menjadi 3 kapsul setiap minum dengan frekuensi tetap. Dua minggu mengkonsumsi,
nanah berhenti keluar. Bau tidak sedap pun tidak lagi tercium. Luka di telapak
mulai mengering, sedangkan luka di punggung kaki menyempit. Lebam kehitaman di
sekitar luka memudar.
Saat itu konsumsi propolis masih dibarengi obat kimia.
Setelah obat dokter habis, Yatinah melanjutkan pengobatan hanya dengan
propolis. Sebulan setelah konsumsi, giliran luka di punggung kaki mengering
bersamaan menutupnya luka di telapak. Dua bulan mengkonsumsi, nenek 17 cucu itu
bisa lepas dari kursi roda. Ia kembali bisa berjalan meski agak tertatih. Tak
sampai 3 bulan mengkonsumsi, luka mengerikan itu sudah lenyap.
Bukan cuma mengkonsumsi propolis secara oral, Yatinah juga
menggunakan salep untuk obat luar. Ia mengoleskan salep mengandung propolis dan
lidah buaya pada ganren di kakinya. Sebelumnya luka dicuci 2—3 kali dengan
cairan infus. Cairan infus dipilih lantaran steril. Setelah dibilas dengan
cairan madu, barulah salep dioleskan. Cairan madu menggantikan alkohol yang
meskipun ampuh mengeringkan luka tapi sakitnya tidak tertahankan.
Dalam dan luar
Menurut dr Hafuan Lutfie, dokter yang meresepkan propolis
sejak 2002, propolis bisa bekerja di dalam dan di luar tubuh. Jika dikonsumsi
oral, propolis memperbaiki fungsi kelenjar pankreas dalam memproduksi insulin
sehingga menurunkan kadar glukosa darah. “Tapi dengan catatan kelenjar pankreas
masih berfungsi dan belum rusak total,” katanya. Selain membantu penyembuhan,
propolis juga memberi nutrisi sehingga sel bisa beregenerasi. Fungsi itulah
yang tidak bisa digantikan obat-obatan medis.
Jika digunakan di luar tubuh, misalnya dioleskan sebagai
salep, propolis bisa menyembuhkan ganren dan menghilangkan nanah serta bau.
Pasalnya, lem lebah itu bersifat antibakteri. Menurut Hafuan, nanah dan bau
adalah sisa pertempuran antara sel darah putih dan bakteri patogen dari udara.
Jika bakteri sudah dikalahkan oleh propolis, tidak ada lagi nanah penyebab bau
yang terbentuk. Sifat lain propolis dan produk perlebahan lain secara umum
adalah membantu pengeringan sehingga tidak dihinggapi bakteri patogen.
Daya menyembuhkan propolis tergantung kepada kadar yang
dikonsumsi. Semakin tinggi kadar, semakin ampuh daya menyembuhkannya. Namun,
jika kadarnya terlalu tinggi—misal melebihi 60%—zat itu tidak bisa tercerna
tubuh lantaran sifatnya yang liat dan keras. Sebagai produk nonkimiawi, propolis
aman dikonsumsi dalam jangka panjang tanpa efek samping. Toh, Hafuan
mengingatkan, selain asupan propolis, penderita diabetes tetap harus menjaga
pola makan dan menghindari konsumsi tinggi glukosa serta karbohidrat.
Anti bakteri
Propolis ampuh memberangus diabetes melitus dan efek
sampingnya lantaran kandungan CAPE alias asam kafeat fenetil ester. Penelitian
Fuliang dari Universitas Zhejiang, Hangzhou, China, dan Hepburn dari
Universitas Rhodes, Grahamstown, Afrika Selatan, membuktikan ekstrak propolis
menurunkan kadar glukosa, fruktosamin, malonaldehida, oksida nitrat, oksida
nitrat sintetase, trigliserida, sampai kolesterol total dalam darah. Sementara
hasil pengujian Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPT) Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta, menemukan propolis kaya alkaloid, flavonoid,
polifenol, saponin, tanin, dan kuersetin, yang semuanya bersifat antioksidan.
Menurut dr Robert Hatibie, dokter yang meresepkan propolis
dan produk lebah, propolis menstimulasi sistem imun sehingga tubuh mampu
melawan infeksi bakteri patogen. Menurut Prof Dr Ir Mappatoba Sila, peneliti
lebah di Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan,
propolis dibentuk lebah untuk melindungi larva yang baru menetas dari infeksi
cendawan dan bakteri. Jadi, “Secara natural memang sudah bersifat antibakteri,”
katanya.
Pendapat Robert dan Mappatoba diperkuat Dr dr Eko Budi
Koendhori MKes dari Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga. Penelitiannya pada 2007 membuktikan propolis mampu membunuh 26
isolat bakteri Staphylococcus aureus penyebab infeksi pada kulit dan saluran
pernapasan serta Escherichia coli penginfeksi saluran pencernaan. Propolis
dosis 10% dan 20% mampu membunuh seluruh sampel kedua jenis bakteri. Bagi
Yatinah, apa pun penjelasannya, yang penting ia lolos dari amputasi dan bisa
berjalan kembali. (A. Arie Raharjo/Peliput: Tri Susanti)
__________________
Virus Dengue Mati Kutu
Sumber:
http://www.trubus-online.co.id/trindo3/Obat-tradisional/virus-dengue-mati-kutu.html
Demam dan menggigil 9 hari akibat virus dengue penyebab
demam berdarah terhapus dalam 24 jam.
Virus dengue itulah yang merenggut keceriaan Bella Dwi
Sukmaningrum pada Januari 2009. Trombosit bocah 12 tahun itu anjlok: 46.000/µl;
kadar normal 150.000—450.000/µl darah. Musim hujan seperti bulan ini memang
rawan demam berdarah dengue. Akibat trombosit rendah, Bella menggigil karena
sirkulasi darah terganggu sehingga banyak organ tak memperoleh pasokan darah.
Samini, ibundanya, membawa Bella ke dokter.
Usai memeriksa, dokter mendiagnosis Bella positif tifus.
Ahli medis itu meresepkan 3 jenis obat yang harus dikonsumsi 3 kali sehari.
Semalam berlalu, demam Bella tak kunjung reda. Samini mendugaduga Bella
terserang demam berdarah lantaran banyak tetangga juga menderita penyakit
serupa. Oleh karena itu ia berniat memeriksakan ulang Bella. Namun, keesokan
hari Bella sudah kembali lincah sehingga Samini urung menemui dokter.
Demam berdarah Dengue
Keceriaan itu sesaat karena pada malam berikutnya Bella
kembali demam. Malahan hidung pelajar SD Negeri 2 Karangmojo, Kabupaten
Magetan, Jawa Timur, itu mengeluarkan darah. Di kedua tangannya muncul
bintik-bintik merah. Keluarga bergegas membawa Bella ke instalasi gawat darurat
(IGD) sebuah rumahsakit di Madiun, Jawa Timur. Hasil diagnosis menunjukkan
angka trombosit tinggal 46.000/µl.
“Lewat 1 jam tanpa pertolongan nyawanya melayang,” tutur
Samini menirukan ucapan dokter. Untuk menopang kehidupan Bella, selang infus
menancap di tangan mungilnya. Samini memberikan jus jambu biji merah kepada
Bella berharap agar trombosit terdongkrak. Sayang, baru minum sedikit, Bella
sudah muntah.
Prof Dr dr H Soegeng Soegijanto, SpA(K), DTM & H, pakar
demam berdarah dari Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, menyatakan
virus dengue menyerang monosit, bagian sistem imunitas atau kekebalan tubuh.
Selain itu, virus juga memproduksi racun yang merusak kapiler pembuluh darah.
Efeknya permiabilitas pembuluh tinggi sehingga mudah bocor. Akibatnya darah dalam
pembuluh merembes ke jaringan ikat di sekitarnya. Lama-lama penderita
kekurangan cairan sehingga lemas dan pusing.
Celakanya virus juga menyerang sumsum tulang belakang
sehingga menghambat produksi trombosit. Virus itu merusak trombosit dalam
darah. Jumlah trombosit pun semakin berkurang. Selain sebagai wadah bagi sel
darah merah dan putih, trombosit berperan membekukan darah saat terjadi luka.
Tanpa trombosit, sel-sel tubuh kekurangan pasokan nutrisi dan oksigen. Itulah
sebabnya pasien diinfus cairan elektrolit untuk memperkuat sel sehingga fungsi
organ tetap normal.
Demam berdarah akibat virus dengue yang seperti diidap Bella
itu ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Hanya nyamuk betina yang mengisap
darah untuk memperoleh protein demi memproduksi telur. Sumber energi nyamuk
jantan dari nektar bunga. Serangga anggota famili Culicidae itu gemar hinggap
di area gelap dan benda-benda berwarna hitam.
Propolis
Samini nyaris putus harapan setelah 6 hari Bella opname di
rumahsakit, tetapi demam tak kunjung reda. Seorang tetangga yang membezuk
menyarankan Samini memberikan propolis. Kerabat tetangga itu juga mengidap
demam berdarah dengue dan sembuh setelah mengkonsumsi produk lebah itu. Bahkan,
angka trombositnya tersisa 25.000/µl. Pegawai kantor Kecamatan Kartoharjo,
Kabupaten Magetan, itu membeli 2 botol propolis masing-masing 150 ml.
Propolis yang dikonsumsi Bella merupakan produk yang
dihasilkan lebah pekerja. Serangga sosial itu mengolah propolis dari berbagai
bahan seperti pucuk daun, getah tumbuhan, dan kulit beragam tumbuhan seperti
akasia dan pinus. Pada sarang buatan, lebah-lebah meletakkan propolis di celah
antarpapan, bingkai, atau tutup sarang sebagai sistem pertahanan dari serangan
penyakit.
Samini memberikan 1 sendok makan propolis setiap 3 jam
kepada Bella. “Seharusnya setiap 2 jam, tapi ia rewel dan sering menolak,” kata
alumnus Universitas Kediri itu. Kondisi itu menyebabkan Samini mesti agak
memaksa. Usahanya membuahkan hasil, dalam 3 hari trombosit Bella merangkak
naik. Sebelum minum propolis trombositnya sempat jatuh hingga 18.000/µl,
meningkat 63.000/µl, dan stabil pada 121.000/µl pada hari ke-3.
Peningkatan signifikan itu menyebabkan Bella meninggalkan
IGD dan berpindah ke kamar rawat inap. Saat Bella menunjukkan kemajuan pesat,
keadaan sebaliknya terjadi di rumah. Silvy Nurhaliza, anak pertama Samini, mendadak
demam. Belajar dari pengalaman sebelumnya, Samini segera membawanya ke
rumahsakit. Dugaannya tak meleset; trombosit putri pertamanya itu turun sampai
97.000/µl. Silvy lantas menggantikan tempat Bella di IGD.
Bagi Samini, penanganan Silvy lebih mudah lantaran putri
pertamanya penurut. Pelajar kelas VI SD Negeri 1 Karangmojo, Magetan, itu rutin
mengkonsumsi propolis setiap 2 jam. Hasilnya, setelah 24 jam, angka
trombositnya melejit menjadi 230.000/µl. Keesokan harinya Silvy menyusul sang
adik di kamar rawat inap. Hari berikutnya dokter mengizinkan mereka pulang.
Menurut dr Hafuan Lutfie MBA, dokter yang meresepkan
propolis dan produk perlebahan sejak 2002, propolis menonaktifkan virus dengan
menguraikan protein penyusunnya. Akibatnya virus kehilangan daya serang
terhadap sel. Mineral dan vitamin madu—tambahan dalam propolis itu—mempercepat
produksi trombosit untuk menggantikan yang rusak. Itulah sebabnya angka
trombosit Silvy meningkat tajam. Selain itu juga mempercepat pemulihan stamina,
mencegah infeksi penyakit sekunder, dan mengurangi efek samping obat sintesis.
(Argohartono Arie Raharjo/Peliput: Rosy Nur Apriyanti)
--------------------
Propolis dapat mencegah penularan HIV
Propolis Ini zat alami yang biayanya murah telah terbukti
dapat membunuh virus yang bertanggung jawab untuk salah satu penyakit paling
mematikan di dunia dan paling tragis. Selanjutnya, ini bahan pembasmi kuman
dari lebah juga menghambat virus HIV masuk ke dalam sel .
Penelitian yang membuktikan propolis menghambat virus HIV
diterbitkan dalam The Journal of Ethnopharmacology pada tahun 2005, namun
penelitian ini dimulai 5 tahun sebelum itu - ketika Genya Gekker bekerja
sebagai peneliti medis di University of Minnesota .
Tim peneliti dan Gekker melakukan pengujian berbagai zat terhadap virus HIV,ketika dia
kebetulan mengalami flu. Gekker pilek diobati dengan propolis, obat yang
populer di Eropa Timur dan Amerika Selatan. Seluruh dunia selama ribuan tahun,
orang telah mengakui kekuatan penyembuhan dari propolis, sekarang terbukti oleh
sejumlah penelitian pada manusia dan hewan sebagai efektif terhadap luka bakar
, luka ringan, infeksi, penyakit inflamasi , sakit gigi, dan herpes kelamin .
Orang-orang telah menerapkan propolis terhadap daftar panjang penyakit lain
juga, termasuk
==> Infeksi jamur
==> Jerawat
==> Kanker
==> Gatal
==> Tuberkulosis
Di Ukraina, propolis adalah sebagai luas tersedia sebagai
aspirin atau Echinacea berada di Amerika Serikat. Tapi 10 tahun yang lalu di
Minnesota, Gekker harus mencari propolis, akhirnya menemukan beberapa di pasar
petani lokal dimana poduk lebah
madu dijual. Dengan sedikit alkohol,
Gekker mengekstraksi tingtur propolis. Setelah pileknya membaik, Gekker berkeyakinan kuat untuk menguji
propolis terhadap virus HIV, sementara tim peneliti nya belum pernah menguji
propolis terhadap HIV!
Gekker mengatur segala keperluan berkaitan pengujian itu
dengan cermat, dan luar biasa, Propolis
membunuh HIV . Setelah puluhan percobaan laboratorium yang sukses dalam
pengujian propolis terhadap virus HIV, Gekker
sampai pada hasil yang luar biasa dengan sebuah tim peneliti
internasional yang dipimpin oleh Dr Phil Peterson. Peterson mengatakan propolis
telah dipelajari di masa lalu, tetapi tidak untuk kekuatan untuk melawan HIV.
Uji coba laboratorium, propolis yang dimulai oleh Genya
Gekker berlangsung selama sekitar 3
tahun. "Itu pekerjaan yang sulit," kata Peterson. Sulit, tapi
menarik. Setiap sampel propolis tunggal mampu menekan pertumbuhan virus HIV
dalam uji coba laboratorium dan tampaknya menghambat kemampuan HIV untuk
memasuki sel. "HIV menyerang mikroglia otak - yang mana virus tumbuh
ketika masuk dalam sel-sel otak," jelas Peterson. "Serangan HIV
lainnya yang utama adalah T-limfosit, sel darah putih khusus yang mempengaruhi
imunitas. Dan kami menemukan, bahwa ketika
menempatkan propolis ini dalam sistem kultur sel, ia memiliki aktivitas
mematikan terhadap virus di mikroglia
dan T-limfosit kultur sel. "
Meskipun demikian penelitian yang menakjubkan dan tindak
lanjut sejak tahun 2005,menghasilkan
obat yang telah disetujui FDA namun masih perlu menunggu beberapa tahun
lagi untuk hasil yang dapat dipertanggungjawabkan secara medis. Pertama,
peneliti harus mengidentifikasi dan mengisolasi secara tepat komponen aktif
dalam senyawa propolis yang menghambat HIV . Dengan setidaknya 300 atau
lebih komponen senyawa kimia aktif dalam propolis, isolasi tidak mudah atau cepat.
Para peneliti juga akan perlu untuk memecahkan masalah variabilitas batch.
Tantangan variabilitas batch yang muncul karena lebah mengumpulkan propolis
dari pohon yang berbeda dalam beragam wilayah di dunia!
Namun, bahkan sebagai roda gigi penelitian medis menggiling
seterusnya, konsumen sehari-hari sudah dapat menuai keuntungan dari substansi
heran cukup kuat untuk membunuh HIV dalam tes laboratorium. Propolis telah
menjadi jauh lebih banyak tersedia dalam beberapa tahun terakhir - di belah
ketupat, semprotan, permen karet, krim, salep, dan, tentu saja, dalam keadaan
mentah dari para peternak lebah . Propolis juga mendukung sebagai obat rumah
dengan peningkatan jumlah dokter terkenal, termasuk Dr Andrew Weil .
Terbaik dari semua, propolis merupakan zat, murah alami.
"Kita tahu bahwa dari 40 juta atau lebih orang yang terkena virus HIV, 90%
dari mereka hidup di negara berkembang, di mana mereka tidak dapat membeli obat
retroviral pada $ 10,000 per tahun , "kata Peterson. "Propolis, dapat
diperoleh dengan harga jauh lebih murah. Dan Propolis sudah digunakan dengan
relatif aman untuk tujuan pengobatan sejak 5.000 tahun yang lalu, sejak zaman
Mesir kuno setidaknya, di seluruh dunia.
Kami tahu Propolis memiliki aktivitas melawan banyak bakteri, jamur,
virus - ini adalah gudang aktivitas antimikroba . Karena propolis, sarang lebah
adalah salah satu tempat paling steril di bumi. Demikian penjelasan dari
Dr.Peterson
Bee Propolis Stop Tumor dan Kanker dari Neurofibromatosis
Lebah madu adalah
beberapa makhluk yang paling menakjubkan yang pernah dibuat oleh alam. Mereka
memainkan peran penting dalam banyak pasokan makanan melalui penyerbukan, dan
mereka memberikan orang dengan alternatif alami sehat untuk gula. Beberapa
aspek yang paling menarik dari lebah adalah zat yang mereka buat untuk
digunakan sendiri. Propolis adalah resin alami yang ditemukan dalam tunas pohon
muda. Lebah mengumpulkan itu untuk digunakan sebagai perekat untuk menutup
rumah mereka. Propolis adalah produk yang sangat kompleks yang mengandung zat
yang mencegah dan mengobati penyakit mulai dari kanker sampai flu biasa. Penelitian
terbaru telah mendokumentasikan kemampuan propolis untuk menekan pertumbuhan
tumor manusia dari neurofibromatosis dan kanker.
Senyawa dari proses tumor
menghentikan propolis dalam uji klinis Neurofibromatosis adalah kelainan
genetik yang dapat menghasilkan patch kopi kulit berwarna, tapi yang terbaik
dikenal untuk menghasilkan tumor pada jaringan saraf termasuk saraf yang
terlibat dalam pendengaran. Tumor dari neurofibromatosis dapat tumbuh di tempat
lain dalam tubuh termasuk otak dan sumsum tulang belakang, dan jika pembedahan,
mereka dapat kembali. Kondisi neurofibromatosis dapat mengancam kehidupan.
Neurofibromatosis mempengaruhi satu dari setiap 3000 orang. Proses tubuh yang
membentuk tumor neurofibromatosis bertanggung jawab untuk sekitar 70% dari
kanker pada manusia. Propolis menghentikan pertumbuhan tumor neurofibromatosis
pada kelompok pasien kanker mengambil bagian dalam studi oleh para ilmuwan di
Universitaets Klinikum Eppendorf di Hamburg, Jerman. Disfungsi dari NF1 atau
NF2 pengkodean gen adalah penyebab utama dari neurofibromatosis. Para peneliti
sebelumnya menunjukkan bahwa gen PAK1 manusia adalah penting untuk pertumbuhan
dari kedua NF1 dan NF2 tumor. Meskipun beberapa upaya telah dilakukan untuk
mengembangkan obat anti-PAK1, tak ada satupun yang berhasil. Sejak propolis
lebah mengandung bahan antikanker asam caffeic phenethyl ester (CAPE) dan
artepillin C (ARC), yang keduanya memblokir jalur sinyal onkogenik PAK1,
potensi efek terapi pada tumor NF dieksplorasi secara in vivo. Itu menunjukkan
bahwa ekstrak CAPE kaya propolis dicampur dengan air benar-benar menekan
pertumbuhan NF1 manusia dan menyebabkan regresi hampir lengkap dari manusia NF2
(schwannoma), yang telah dicangkokkan pada tikus.
Para ilmuwan menekankan bahwa
meskipun CAPE tidak digunakan secara klinis karena bioavailabilitas buruk,
dapat dibuat larut dengan penambahan lipid (lemak). ( Sumber Phytotherapy ,
Februari) Dalam studi sebelumnya, tim Jerman ini mengidentifikasi anti-kanker
CAPE itu kemampuan. CAPE adalah senyawa alami yang ditemukan di beberapa
makanan, tetapi sangat terkonsentrasi dalam propolis lebah. Sebelumnya,
propolis telah dikenal hanya untuk memiliki fungsi anti-kanker melalui
kemampuan yang mendalam untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. percobaan
klinis untuk menguji senyawa pada manusia sedang berlangsung. Sejauh ini,
kanker pasien mengambil bagian telah melihat pertumbuhan tumor mereka
dihentikan. Efek senyawa pada neurofibromatosis, melanoma dan kanker pankreas
sedang diselidiki. Meskipun persidangan masih dalam tahap awal, mayoritas
pasien telah menunjukkan tidak ada pertumbuhan lebih lanjut dari tumor mereka.
Mereka yang bertanggung jawab penelitian ini percaya bahwa beberapa lainnya
PAK-1 tergantung penyakit seperti AIDS dan Sindrom Fragile X keterbelakangan
mental dapat dipengaruhi oleh senyawa. Propolis efektif melawan kanker laring
Para ilmuwan di Brazil baru-baru ini meneliti efek propolis pada manusia
karsinoma epidermoid laring. Mereka diinkubasi sel-sel dengan konsentrasi yang
berbeda dari propolis lebah untuk periode waktu yang berbeda. Kemudian mereka
menganalisis morfologi dan jumlah sel kanker yang layak. Data mereka
menunjukkan bahwa propolis menunjukkan kemampuan untuk membunuh sel kanker
dengan cara yang tergantung dosis dan waktu. ( Bukti Pengobatan Pelengkap dan
Alternatif Berbasis , 22 Oktober 2007) Propolis menjaga tumor dari mendirikan
pasokan darah mereka sendiri Dalam penelitian terbaru lainnya, peneliti
memeriksa kemampuan komponen propolis untuk menghentikan tumor berkembang pasokan
darah mereka sendiri. Ketika suplai darah ke tumor terputus, tidak dapat lagi
menerima nutrisi untuk bahan bakar pertumbuhan. Acacetin, apigenin, artepillin
C, CAPE, chrysin, asam p-coumaric, galangin, kaempherol, pinocembrin, dan
quercetin dipelajari untuk aktivitas antioksidan mereka juga. Dua dari
komponen, CAPE dan quercetin, memiliki efek penghambatan yang kuat pada
pembentukan tabung dan proliferasi sel endotel, dan kebetulan menunjukkan
aktivitas antioksidan yang kuat. Artepillin C, galangin, dan kaempferol juga
memiliki kemampuan yang kuat untuk memblokir pasokan darah tumor. Masing-masing
memiliki aktivitas antioksidan yang kuat meskipun tidak dengan tingkat CAPE dan
quercetin. Sebaliknya, acacetin, apigenin, dan pinocembrin memiliki gelar cukup
efek terhadap pembentukan suplai darah, meskipun mereka menunjukkan aktivitas
antioksidan rendah.
Para ilmuwan mencatat potensi senyawa ini untuk
dikembangkan menjadi obat farmasi untuk pengobatan tumor manusia. ( Gizi
Molekuler dan Food Research , 8 Desember 2008) Bee propolis meremajakan sistem
kekebalan tubuh Penelitian double blind pertama dari propolis melibatkan tim
dari lima dokter yang dipimpin oleh Profesor S. Scheller di Polandia, yang
menemukan bahwa propolis memiliki kekuatan untuk memperpanjang utama kehidupan
dengan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk melepaskan zat yang melindungi
terhadap kerusakan seluler. Selain itu, propolis meningkatkan penghancuran
bakteri asing berpotensi berbahaya dan merangsang pembentukan antibodi untuk
membangun kekebalan terhadap banyak penyakit. Ini memperkuat pertahanan seluler
membantu membangun ketahanan terhadap penuaan dan penyakit. Fagosit adalah
sel-sel darah putih yang berfungsi sebagai pertahanan utama terhadap infeksi
bakteri. Aktivitas mereka ditemukan ditingkatkan dengan propolis. Sebagai orang
mencapai 30-an dan 40-an, sistem kekebalan tubuh umumnya mulai melemah,
meningkatkan kerentanan terhadap penyakit. Propolis menawarkan aktivitas
spektrum yang luas meskipun rentang luas dari flavonoid dan senyawa
sel-bangunan, seperti vitamin, mineral dan enzim. Flavonoid dari Propolis dapat
menghambat pelepasan histamin dengan menstabilkan lipid membran sel.
Flavonoid menjaga terhadap simpanan lypofuscins penuaan, yang pigmen lemak di
jantung, otak, saraf dan hati Berikut adalah beberapa komentar dari Dr Scheller
tentang temuannya mengenai propolis sebagai dikutip dalam artikel Carlson Wade
Bee Propolis Dapatkah Meremajakan sistem kekebalan tubuh : " Ada
peningkatan kinerja fisik umum, juga seksual, dan di atas semua intelektual.
"Di bidang gastro-enterological, kami menemukan efek yang menguntungkan
pada perubahan menular di selaput lendir lambung dan usus. "Ada dipercepat
dan ditingkatkan regenerasi jaringan luka pada jaringan diubah traumatis atau
infectiously. "Tidak ada perubahan tegas negatif dalam gambar darah putih
atau dalam hati atau nilai-nilai ginjal. Antara lain, ini substantiates tidak
adanya efek samping propolis maupun non-toksisitas. "Dalam tulisan kami,
kami terutama mempelajari efek pada sistem kekebalan tubuh dan
mendokumentasikan efek lanjut positif dari propolis pada sirkulasi,
metabolisme, fisik- sedang dan penyakit menular. "Simulasikan sistem
kekebalan tubuh, dan adalah mungkin untuk mengontrol proses penuaan dan
menikmati hidup panjang dan sehat. Propolis memegang kunci ini dalam bentuk
peremajaan ". Propolis efektif terhadap berbagai bakteri dan virus A
sarang lebah adalah tempat yang sibuk dijejali tubuh ramai. Kondisi ini akan
membuat mereka sangat rentan terhadap infeksi bakteri dan virus, yang dapat
menghancurkan sarang cara Wabah pes melanda Eropa pada abad ke-17. Namun lebah
dapat mencegah infeksi dengan menggunakan getah dari pohon-pohon muda yang
memiliki sifat antibiotik. Mereka mengumpulkan getah, remetabolize dengan
sekresi nektar mereka, dan membawanya kembali ke sarang. Di sana mereka
menyebar ke seluruh tempat sehingga setiap lebah akan sikat melawan dan menjadi
diimunisasi Antibiotik pohon menjadi antibiotik lebah..
Studi telah
mendokumentasikan kemampuan propolis terhadap Staphylococcus aureus yang
menyebabkan infeksi mematikan di rumah sakit. Para peneliti menemukan bahwa
ekstrak propolis menghambat pertumbuhan bakteri. Studi lain mencatat bahwa
propolis menghambat aktivitas bakteri streptokokus spesies yang menyebabkan gigi
berlubang. peneliti Jepang melaporkan bahwa propolis makan tikus laboratorium
telah rongga jauh lebih sedikit daripada yang diberikan diet biasa. Para
peneliti di Brasil baru-baru dievaluasi aktivitas antimikroba dari dua pasta
berisi propolis ekstrak eksperimental terkait dengan kalsium hidroksida
terhadap budaya polymicrobial dikumpulkan dari anak-anak pasta gigi geraham itu
efektif dalam mengendalikan infeksi gigi.. ( Dental Journal Brasil , 2008)
Propolis adalah sama efektif terhadap infeksi virus. Beberapa jurnal telah
mendokumentasikan kemampuannya untuk melawan infeksi saluran pernapasan atas,
seperti yang disebabkan oleh flu biasa dan virus influenza ini telah
ditunjukkan untuk mencegah virus berkembang biak, tetapi harus digunakan selama
periode infeksi tersebut.
-----------------------------------
Propolis dapat digunakan sebagai pengawet makanan alami, tidak berbahaya
Ekstrak propolis
dapat berfungsi sebagai pengawet antibakteri alami, menurut penelitian yang
dilakukan oleh para ilmuwan dari National University of Technology di Argentina
dan diterbitkan dalam jurnal Food Chemistry.
peneliti diterapkan ekstrak propolis Argentina dengan budaya
bakteri E. coli. Mereka menemukan bahwa ekstrak ini menghambat pertumbuhan
bakteri pada konsentrasi minimum rata-rata 14,3 miligram senyawa larut per
mililiter dari propolis paling aktif. Konsentrasi ini efektif pada populasi E.
coli setinggi 10.000 sel per mililiter. Menurut penulis Enzo Tosi, konsentrasi
ini aman untuk dikonsumsi manusia. "Kebanyakan komponen Propolis adalah konstituen alami
makanan dan diakui sebagai zat yang aman, "katanya. Para peneliti
mengatakan bahwa dosis yang aman adalah 1,4 miligram mungkin propolis per
kilogram berat badan per hari (0,63 miligram per pon), yang diterjemahkan
menjadi sekitar 70 miligram per hari untuk orang dewasa. Propolis adalah resin
lilin yang lebah mengumpulkan dari tanaman dan digunakan untuk menutup celah
atau lubang lain di sarang mereka, atau untuk menutup diri zat asing (seperti
bangkai hewan) yang terlalu besar untuk menghapus. Komposisi propolis sangat
bervariasi tergantung pada sarang individu, wilayah tempat tinggal dan bahkan
sarang waktu tahun. Hal ini membuat sulit untuk mengevaluasi efek propolis
'dengan studi klinis. Meskipun demikian, ada pasar besar untuk propolis sebagai
kesehatan suplemen, dan telah ditemukan untuk menjadi berguna dalam mengobati
radang, luka ringan pada kulit, borok, bakteri , virus dan jamur. Ini juga
telah mengatakan untuk meningkatkan kesehatan jantung dan mengurangi risiko
katarak. Namun, penelitian Argentina adalah yang pertama untuk menguji
penggunaannya sebagai pengawet. Sebuah keengganan yang tumbuh di antara
konsumen untuk menggunakan pengawet sintetis, yang sering berasal dari bahan
kimia industri, telah menyebabkan ledakan dalam pengawet alami penelitian .
Perusahaan makanan telah melihat ke dalam ekstrak rosemary, misalnya, sebagai
alternatif untuk sintetis. Pasar di seluruh dunia saat ini di pengawet makanan
diperkirakan $ 574.800.000.000, dan kemungkinan akan mencapai $ 710.000.000.000
pada tahun tahun mendatang.
________________________________________
Pengobatan Bronchitis dengan PROPOLIS
Bronchitis adalah peradangan disebabkan oleh basil atau
virus dan berbagai zat polutan seperti zat kimia dari rokok atau asap rokok dan
unsur polusi lainnya. Peradangan ini terjadi pada batang tenggorokkan dan
mengakibatkan keluarnya lendir. Adanya lendir ini membuat tubuh bereaksi
batuk-batuk yang merupakan mekanisme untuk membersihkan lendir. Keadaan ini
akibat dari meradangnya saluran napas yang menghubungkan tenggorokan dengan
paru-paru (bronchus).
Apabila peradangan terjadi berlangsung terus-menerus selama
2 tahun yang ditandai dengan batuk-batuk disertai dahak yang berlebihan disebut
dengan bronchitis kronis. Gejala sakit lainnya yang biasanya di rasakan
penderita adalah : munculnya rasa nyeri dan panas di bagian dada, mengalami
kesulitan bernapas, suhu tubuh meninggi akibat peradangan, dan terkadang
disertai dengan gejala batuk yang mirip gejala asma.
Sedangkan pada bronchitis kronis biasanya ditemukan unsur
alergi dari si penderita serta adanya faktor turunan yang mempengaruhinya.
Bronchitis kronis termasuk penyakit sumbatan paru menahun yang bersifat makin
lama makin bertambah hebat keluhannya. Kebiasaan mengisap rokok merupakan
faktor pendukung timbulnya bronchitis kronis.
Pengobatan Bronchitis dengan PROPOLIS
Sudah sejak lama secara tradisional kita mengenal cacahan
sisiran lilin lebah mengandung banyak propolis digunakan untuk mengobati
bronchitis.
Pada tahun 1975 dokter-dokter dari Rusia telah melaporkan
hasil penelitian penyakit Pheuminia dari 76 anak. Penelitian ini untuk meneliti
efektifitas penggunaan antibiotik yang umum dipakai dibandingkan antibiotik
alami dari Propolis. hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan
antibiotik alami dari Propolis menunjukan hasil yang sangat memuaskan
dibandingkan dengan antibiotik kimia dalam mengatasi penyakit pheumonia pada
anak-anak.
Pada tahun 1980 Dr Schelle dari Silesian Medical School
merawat 260 pekerja di pabrik baja yang menderita bronchitis. Pasien dirawat
dalam 24 hari dengan menggunakan pengobatan extrak propolis cair. Hasilnya penggunaan
propolis sangat efektif untuk mengobati bronchitis.
Pada tahun 1989 Peneliti Rusia merawat 104 pasien yang
menderita bronchitis kronis metode konvensional digunakan terhadap 56 pasien
sedangkan 48 pasien diberikan obat hisap propolis dan madu. Pasien yang
mendapatkan propolis dan madu bisa keluar rumah sakit 3-4 hari lebih cepat dari
pasien yang dirawat secara konvensional. Tingkat pasien yang kembali sakit
untuk yang dirawat secara konvensional 2x lebih tinggi dari pada yang dirawat
memakai madu dan propolis.
Mengkombinasikan Madu dan propolis untuk penyembuhan
bronkitis terbukti cukup efektif. Madu juga mempunyai zat anti bacterial
sehingga mendukung kerja propolis dan perpadunan madu serta propolis akan
terasa lebih nikmat.