Senin, 28 September 2015

PROPOLIS Sebuah Keajaiban dari Lebah



PROPOLIS 

keajaiban dari lebah

Artikel di Trubus Artikel Utama
Majalah Trubus No.482 Januari 2010
Sumber: http://www.trubus-online.co.id/trindo3/Topik/propolis.html
- Atasi 30 Penyakit
- Terbukti Secara Ilmiah


Peti mati dan lokasi pemakaman Tarsisius Sarbini sudah disiapkan. Kondisi pria 61 tahun itu memburuk akibat penyakit jantung koroner. Dokter menawarkan operasi by pass untuk mengatasi pencabut nyawa nomor wahid itu, tetapi keluarga menolak.

Bagi pasangan Tarsisius Sarbini dan Sri Subekti yang berprofesi guru, biaya operasi Rp150-juta itu sangat mahal. ‘Jika rumah saya jual juga tak menyelesaikan masalah. Saya tak mau menyengsarakan anak-istri,’ kata Sarbini yang merokok sejak 1970 dan menghabiskan 3 bungkus setiap hari mulai 1985 hingga 1995. Apalagi menurut dokter yang merawat peluang sembuh setelah operasi hanya 50%. Dalam kondisi pasrah itu sebuah peti mati pun disiapkan.

Tak ada pilihan lain bagi Sri Subekti selain harus membawa suami kembali ke rumah. Pada 5 September 2005 itu mereka meninggalkan rumahsakit di Bandung dan pulang ke Depok, Jawa Barat. Pria kelahiran Banyumas, Jawa Tengah, 14 Maret 1944 itu hanya terbaring. Seluruh aktivitasnya dilangsungkan di atas tempat tidur. Keluarga bagai menanti dentang lonceng kematian Sarbini.

Pertahanan kota

Jauh sebelum disarankan operasi, Sarbini berupaya keras mencari kesembuhan. Ia mengkonsumsi beragam herbal. Sekadar menyebut contoh ia rutin minum segelas rebusan daun keluwih Artocarpus altilis. Lama konsumsi 3 bulan, belum juga membawa perubahan. Ia juga disiplin menelan 9 jenis obat yang diresepkan dokter 3 kali sehari, tetapi 7 sumbatan di jantung belum juga teratasi.
Beberapa hari setelah tiba di rumah, H Anwar, orangtua dari murid yang ia didik, menyodorkan propolis. Sarbini pun patuh dan mengkonsumsi propolis 3 kali sehari. Tiga jenis obat dari dokter – sama dengan yang di konsumsi sebelumnya – ia telan 1 jam setelah menelan propolis. Sepekan berselang, pria 65 tahun itu merasakan khasiatnya. ‘Saya bisa berjalan 5 meter dan mengangkat gayung,’ kata Sarbini.

Itu kemajuan luar biasa. Sebelumnya, jangankan berjalan, bangkit dari tidur pun ia tak mampu. Dada yang semula sakit seperti ditusuk-tusuk pisau, intensitasnya kian berkurang. Keruan saja istri dan keluarganya senang bukan kepalang. Sebulan kemudian ia merasa sangat bugar. Saat ditemui Trubus di rumahnya pada 16 Desember 2009, Sarbini tampak gagah.

Aktivitasnya jalan sehat ketika pagi dan mengajar pada siang hingga sore hari. Singkat kata keluhan-keluhan yang dulu ia rasakan, hilang sama sekali. Kesembuhannya memang belum ia buktikan melalui pemeriksaan medis. Setelah kondisinya membaik, 4 tahun terakhir Sarbini belum memeriksakan jantung lantaran biaya relatif mahal, mencapai Rp25-juta.

Menurut dr Robert Hatibi di Jakarta sembuhnya Sarbini dari penyumbatan pembuluh darah jantung karena kemampuan propolis mengikat radikal bebas sehingga sumbatan terkikis. Sumbatan itu akibat nikotin dalam rokok yang menebalkan dinding pembuluh darah di jantung. Selain mengikis, ‘Propolis juga menjaga kemudian mempertahankan elastisitas dan daya kapilaritas aorta serta vena jantung,’ kata Hatibi.

Mumi

Propolis yang dikonsumsi Sarbini merupakan produk yang dihasilkan lebah. Spesies yang banyak diternakkan adalah Apis cerana dan Apis mellifera. Propolis berbeda dengan madu, produk utama lebah. Madu terdapat di dalam sarang heksagonal; propolis di luar sarang. Pada sarang buatan berupa kotak kayu, lebah-lebah pekerja meletakkan propolis di celah antarpapan, bingkai, atau tutup sarang.

Ir Hotnida CH Siregar MSi, ahli lebah dari Institut Pertanian Bogor mengatakan lebah pekerja mengolah propolis dari berbagai bahan seperti pucuk daun, getah tumbuhan, dan kulit beragam tumbuhan seperti akasia dan pinus. Menurut Dolok Tinanda Haposan Sihombing, ahli lebah dari Institut Pertanian Bogor, propolis merupakan bahan campuran kompleks terdiri atas malam, resin, balsam, minyak, dan polen.

Kata propolis berasal dari bahasa Yunani: pro berarti sebelum, polis bermakna kota. Kota dalam kehidupan serangga sosial itu adalah sarang. Secara harfiah propolis bermakna sebelum sampai kota. Bagi lebah propolis bermanfaat menambal celah-celah sarang, menutup lubang, dan mensterilkan sarang. ‘Kota’ lebah selalu dalam kondisi steril berkat propolis.

Hotnida mengatakan fungsi propolis lain adalah membungkus atau memumikan bangkai hama yang masuk ke sarang lebah. Dengan demikian propolis menghentikan pertumbuhan dan penyebaran bakteri, cendawan, dan virus sehingga penyakit tak tersebar dan sarang tetap steril. Hama yang dibungkus dengan propolis pun menjadi awet dan tak busuk lantaran propolis bersifat antibakteri. Metode itulah yang ditiru oleh nenek moyang bangsa Mesir untuk mengawetkan jenazah.

Menurut Ir Bambang Soekartiko, pemilik Bina Apiari, kualitas propolis tergantung dari sumber tanaman dan proses pembuatan. Tanaman sumber propolis di negara subtropis seperti Bulgaria, Korea, dan Rusia adalah pohon poplar Populus sp. Brasil mempunyai Bacharis dracunculifolia dan Dalbergia sp masing-masing sebagai sumber propolis hijau dan merah yang mempunyai bioflavonoid tinggi. Brasil sohor sebagai negara utama produsen propolis di dunia.

Produknya yang terkenal adalah propolis hijau bermutu tinggi karena kandungan bioflavonoid yang tinggi. Flavonoid merupakan komponen tumbuhan yang bersifat sebagai bahan-bahan anticendawan, antibakteri, antivirus, antioksidan, dan antiinflamasi. ‘Di Indonesia belum ada penelitian jenis tanaman sumber propolis yang kandungan bioflavonoid tinggi,’ kata Soekartiko (baca: Rahasia dalam Sebuah Sarang halaman 25).

Kotoran?

Warna propolis beragam, meski pada umumnya cokelat gelap. Namun, kadang-kadang ditemukan juga propolis berwarna hijau, merah, hitam, bahkan putih tergantung dari sumber resin. Produksi propolis relatif kecil, 20 gram setahun dari 200.000 lebah. Karena warnanya yang cenderung gelap itulah banyak peternak lebah menganggap propolis sebagai kotoran.

Apalagi para peternak itu juga belum mengetahui khasiat propolis. Oleh karena itu mereka justru membuang propolis dari sarang karena menganggap kotor. Padahal, untuk memanen propolis, relatif mudah. Peternak mengerok secara hati-hati dan mengekstraknya (baca: Kuncinya pada Pelarut halaman 20). Nah, karena jarang dilirik peternak, maka penggunaan propolis untuk kesehatan kalah populer ketimbang produk lebah lain seperti madu dan royal jeli. Peternak lebah di Amerika Serikat juga menganggap propolis sebagai bahan pengganggu. Propolis melekat di tangan, pakaian, dan sepatu ketika cuaca panas serta berubah keras dan berkerak ketika dingin.

Padahal, harga propolis jauh lebih mahal daripada madu. Saat ini di Indonesia harga propolis di tingkat peternak mencapai Rp700.000; madu, Rp35.000 per kg. Baru pada akhir 1990-an propolis dilirik sebagai bahan berkhasiat ketika Jepang meriset lem lebah untuk kesehatan. Takagi Y dari Sekolah Kesehatan Universitas Suzuka membuktikan keampuhan propolis meningkatkan sistem imunitas tubuh. Riset lain dari University of Japan membuktikan bahwa propolis mengurangi risiko sakit gigi. Dari pembuktian ilmiah itulah penggunaan propolis sohor di Jepang.

Riset ilmiah

Seiring dengan tren pemanfaatan propolis, para periset menguji ilmiah lem lebah itu. Dra Mulyati Sarto MSi, peneliti di Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, membuktikan bahwa propolis sangat aman dikonsumsi. Dalam uji praklinis, Mulyati membuktikan LD50 propolis mencapai lebih dari 10.000 mg. LD50 adalah lethal dosage alias dosis yang mematikan separuh hewan percobaan.

Jika dikonversi, dosis itu setara 7 ons sekali konsumsi untuk manusia berbobot 70 kg. Faktanya, dosis konsumsi propolis di masyarakat amat rendah, hanya 1 – 2 tetes dalam segelas air minum. Dosis penggunaan lain pun hanya 1 sendok makan dilarutkan dalam 50 ml air.

‘Tingkat toksisitas propolis sangat rendah, jika tak boleh dibilang tidak toksik,’ kata Mulyati. Bagaimana efek konsumsi dalam jangka panjang? Master Biologi alumnus Universitas Gadjah Mada itu juga menguji toksisitas subkronik. Hasilnya konsumsi propolis dalam jangka panjang tak menimbulkan kerusakan pada darah, organ hati, dan ginjal. Dua uji ilmiah itu – toksisitas akut dan toksisitas subkronik – membuktikan bahan suplemen purba itu sangat aman dikonsumsi.

Propolis itu pula yang dikonsumsi Evie Sri, kepala Sekolah Dasar Negeri Kertajaya 4 Surabaya, untuk mengatasi kanker payudara stadium IV. Evie akhirnya sembuh dari penyakit mematikan itu. Kesembuhannya selaras dengan riset Prof Dr Mustofa MKes, peneliti di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, yang meriset in vitro propolis sebagai antikanker. Sang guru besar menggunakan sel HeLa dan Siha – keduanya sel kanker serviks – serta T47D dan MCF7 (sel kanker payudara).

Selain itu ia juga menguji in vivo pada mencit yang diinduksi 20 mg dimethilbenz(a)anthracene (DMBA), senyawa karsinogenik pemicu sel kanker. Frekuensi pemberian 2 kali sepekan selama 5 minggu. Hasil riset menunjukkan propolis mempunyai efek sitotoksik pada sel kanker. Nilai IC50 pada uji in vitro mencapai 20 – 41 ?g/ml. IC50 adalah inhibition consentration alias konsentrasi penghambatan propolis terhadap sel kanker.

Untuk menghambat separuh sel uji coba, hanya perlu 20 – 41 ?g/ml. Angka itu setara 0,02 – 0,041 ppm. Bandingkan dengan tokoferol yang paling top sebagai antioksidan. Nilai IC50 tokoferol cuma 4 – 8 ppm. Artinya ntuk menghambat radikal bebas dengan propolis perlu lebih sedikit dosis ketimbang tokoferol. Dengan kata lain nilai antioksidan propolis jauh lebih besar daripada tokoferol.

Pada uji in vivo, propolis berefek antiproliferasi. Proliferasi adalah pertumbuhan sel kanker yang tak terkendali sehingga berhasil membentuk kelompok. Dari kelompok itu muncul sel yang lepas dari induknya dan hidup mandiri dengan ‘merantau’ ke jaringan lain. Antiproliferasi berarti propolis mampu menghambat pertumbuhan sel kanker.
‘Terjadi penurunan volume dan jumlah nodul kanker pada tikus yang diberi 0,3 ml dan 1,2 ml propolis,’ ujar dr Woro Rukmi Pratiwi MKes, SpPD, anggota tim riset. Dalam penelitian itu belum diketahui senyawa aktif dalam propolis yang bersifat antikanker. Namun, menurut dr Ivan Hoesada di Semarang, Jawa Tengah, senyawa yang bersifat antikanker adalah asam caffeat fenetil ester.

Terpadu

Banyak bukti empiris yang menunjukkan penderita-penderita penyakit maut sembuh setelah konsumsi propolis. ‘Penyakitnya berat yang dokter spesialis sudah pasrah,’ kata dr Ivan. Sekadar menyebut beberapa contoh adalah Siti Latifah yang mengidap stroke, Wiwik Sudarwati (gagal ginja), dan Rohaya (diabetes mellitus). Menurut dr Hafuan Lutfie MBA mekanisme kerja propolis sangat terpadu. Dalam menghadapi sel kanker, misalnya, propolis bersifat antiinflamasi alias antiperadangan dan anastesi atau mengurangi rasa sakit.

Yang lebih penting propolis menstimuli daya tahan tubuh. ‘Tubuh diberdayakan agar imunitas bekerja sehingga mampu memerangi penyakit,’ kata Lutfie, dokter alumnus Universitas Sriwjaya. Kemampuan propolis meningkatkan daya tahan tubuh disebut imunomodulator. Dr dr Eko Budi Koendhori MKes dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga membuktikan peningkatan kekebalan tubuh tikus yang diberi propolis. Biasanya infeksi Mycobacterium tuberculosis – bakteri penyebab tuberkulosis (TB) – menurunkan kekebalan tubuh dengan indikasi anjloknya interferon gamma dan meningkatkan interleukin 10 dan TGF. Interferon gamma adalah senyawa yang diproduksi oleh sel imun atau sel T yang mengaktifkan sel makrofag untuk membunuh kuman TB. Interleukin dan TGF merupakan senyawa penghambat interferon gamma.

Doktor ahli tuberkulosis itu membuktikan interferon gamma tikus yang diberi propolis cenderung meningkat hingga pekan ke-12. Sebaliknya interleukin 10 justru tak menunjukkan perbedaan bermakna. ‘Pemberian propolis pada mencit yang terinfeksi TB mampu mengurangi kerusakan pada paru-paru dengan cara meningkatkan sistem imun tubuh,’ kata dr Eko. (Sardi Duryatmo/Peliput: Argohartono, Nesia Artdiyasa, & Tri Susanti)

____________________

STOP CUCI DARAH

Sumber http://www.trubus-online.co.id/trindo3/Obat-tradisional/stop-cuci-darah.html

Adhitya Tri Wardhana kejang, seluruh badan kaku, dan lemas. Ternyata itu gejala gangguan fungsi ginjal sehingga mesti cuci darah.

Acara liburan kelulusan sekolah di Bali pun riuh, guru dan teman-teman yang tengah asik bermain panik. Mereka membawa Adhitya yang saat itu berusia 16 tahun ke rumahsakit. Hasil pemeriksaan dokter menunjukkan fungsi ginjal Adhitya positif turun. Di tubuhnya terdeteksi penumpukan sisa metabolisme protein dan kekurangan elektrolit. Itulah sebabnya dokter memberi suntikan elektrolit untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh.

Kondisi kesehatan yang tidak bagus memaksa Adhitya mengakhiri liburannya lebih cepat dan pulang ke Surabaya, Jawa Timur. Wiwik Sudarwati MPd, ibunda Adhitya, tidak percaya jika ginjal anaknya bermasalah. “Waktu berangkat ke Bali, Adhitya masih segar bugar. Tetapi kok tiba-tiba sakit,” kata ibu 3 anak itu. Oleh karena itu Wiwik kembali membawa Adhitya ke Rumahsakit Sint Vincentius a Paulo (sohor dengan nama RKZ atau Roomsch Katholiek Ziekenhuis), Surabaya. Hasil diagnosis dokter sama saja: bungsu tiga bersaudara itu mengalami gangguan fungsi ginjal.

Sejak itu Adhitya rutin mengkonsumsi obat-obatan dan mengecek kesehatan sebulan sekali. Beraktivitas berat pun terlarang. Menu makanannya juga diatur. Adhitya menghindari konsumsi makanan berprotein tinggi. Tujuannya supaya ginjal tidak bekerja terlalu berat dalam membuang sisa-sisa metabolisme protein. “Adhitya hanya boleh mengkonsumsi protein 40 g sehari,” kata Wiwik.

Cuci darah

Hampir 3 tahun Adhitya hidup di bawah pengawasan dokter. Selama itu ia tidak mengalami keluhan sakit. Namun, menjelang pelulusan SMA, kesehatan pria yang kini berusia 22 tahun itu drop. Saat itu ia mengikuti banyak kegiatan bimbingan belajar sehingga sering pulang malam dan pola makanan pun tidak terkontrol. Akibatnya, Adhitya kembali menginap di rumah sakit.

Dokter mendiagnosis positif gagal ginjal. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar kreatinin dalam darah tinggi mencapai 12 mg/dl, kadar normal 0,6—1,2 mg/dl. Solusinya cuci darah 2 kali sepekan. Saat ini biaya sekali cuci darah berkisar Rp800.000. Namun, keluarga memutuskan Adhitya untuk mengkonsumsi obat-obatan. Pilihan itu ternyata berisiko tinggi.

Buktinya berselang 2 hari setelah menolak saran dokter, Adhitya kembali menjalani pemeriksaan darah. Hasilnya, kadar kreatinin semakin melonjak, 15 mg/dl . Dokter mengingatkan lagi untuk segera cuci darah. Bila dibiarkan, kreatinin akan meracuni organ tubuh lain. Dokter juga memberikan opsi lain, yaitu transplantasi ginjal. Salah satu dari orangtua Adhitya harus rela menyumbangkan ginjal kepada sang anak. “Biayanya mencapai Rp400-juta,” ujar Wiwik.

Menurut dr Sidi Aritjahja, dokter di Yogyakarta, gagal ginjal merupakan ketidakmampuan ginjal menyaring dan mengeluarkan zat-zat racun, seperti kreatinin, dari tubuh sehingga menumpuk dalam darah. Kadar kreatinin tinggi menandakan organ yang mirip seperti biji kacang merah itu gagal bekerja. Kondisi itu berbahaya karena bisa meracuni organ tubuh lain. Oleh sebab itulah penderita gagal ginjal harus menjalani cuci darah.

Kali ini, Adhitya manut terhadap saran dokter. Ia dirawat-inap dan melakukan cuci darah rutin 2 kali sepekan. Setelah 18 hari menginap di rumahsakit, dokter mengizinkan Adhitya pulang. Namun, setiap 5 hari sekali ia harus kembali untuk cuci darah. Selain itu ia juga harus tetap menjaga menu makanan supaya pencernaannya tidak memberatkan kerja ginjal.

Propolis

Pada pertengahan 2007, Wiwik bertemu salah satu rekannya, Baktiono. Ketika itulah Baktiono menyarankan kepada Wiwik agar memberikan propolis untuk mengobati Adhitya. Menurut Baktiono konsumsi propolis bagus untuk meringankan beragam penyakit. Propolis merupakan produk yang dihasilkan lebah Apis cerana dan Apis mellifera. Jika madu terdapat di dalam sarang heksagonal; propolis di luar sarang. Menurut Ir Hotnida CH Siregar MSi, ahli lebah dari Institut Pertanian Bogor, lebah pekerja mengolah propolis dari berbagai bahan seperti pucuk daun, getah tumbuhan, dan kulit beragam tumbuhan.

Tertarik dengan saran itu, Wiwik lantas membeli 1 botol propolis. Ia kemudian menyuruh Adhitya mengkonsumsinya 3 kali sehari sebelum makan. Dosis sekali minum 1 sendok makan propolis yang dicampurkan dalam 50 cc air. S atu setengah bulan rutin mengkonsumsi propolis, Adhitya melakukan cek darah. Hasilnya positif, kadar kreatin turun di bawah 10 mg/dl. Menurut dokter yang memeriksa kadar kreatin di bawah 10 mg/dl tidak perlu cuci darah.

Hasil itu merupakan kabar gembira bagi Adhitya dan keluarga. Bahkan setahun rutin mengkonsumsi propolis, ia pun tak pernah lagi diwajibkan untuk cuci darah. Pemeriksaan laboratorium terakhir, pada pertengahan 2008, menunjukkan kadar kreatin turun menjadi 4 mg/dl. Sejak itu Adhitya rutin mengkonsumsi propolis sampai sekarang. Selain tak perlu cuci darah, konsumsi propolis juga meningkatkan stamina. Dulu Adhitya sering lemas dan cepat capai. Sekarang kondisinya lebih energik dan fit. Mahasiswa di Universitas Bhayangkara itu pun leluasa beraktivitas sehari-hari. “Dulu ke mana-mana harus diantar, sekarang sudah bisa pergi sendiri,” kata Wiwik.

Dengan rutin mengkonsumsi propolis, Adhitya kini terbebas dari cuci darah. Menurut Liu CF, periset di National Taipei College of Nursing, antioksidan propolis mampu melindungi ginjal dari kerusakan parah. Khasiat itu dibuktikan Liu secara in vivo pada hewan percobaan. Ia menguji 2 kelompok tikus yang menderita gagal ginjal akut. Satu kelompok diberi propolis; kelompok lain, tanpa propolis.

Sejam setelah pemberian propolis, Liu lalu mengamati tingkat kerusakan ginjal tikus. Hasilnya, kerusakan ginjal kelompok yang tidak mengkonsumsi propolis lebih parah ketimbang kelompok yang mendapatkan asupan propolis. Itu ditandai dengan meningkatnya kadar malondialdehid (MDA) dalam ginjal tikus. Kadar malondialdehid tinggi mengindikasikan terjadinya stres oksidatif yang bisa memicu kerusakan ginjal.

Menurut Prof Dr Mustofa Mkes Apt, periset di Bagian Farmakologi & Toksikologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, sifat antioksidan pada propolis lantaran mengandung senyawa flavonoid dan polifenol. Senyawa aktif itu melindungi tubuh dari gempuran radikal bebas penyebab kerusakan sel. Dengan terlindungnya ginjal dari kerusakan parah maka proses regenerasi sel pun bisa lebih mudah berjalan. Adhitya Tri Wardhana merasakan manfaat itu. Ia terbebas dari cuci darah sejak rutin mengkonsumsi propolis. (Ari Chaidir/Peliput: Rosy Nur Apriyanti)
____________________

Bukti Khasiat Dari Lab

Sumber http://www.trubus-online.co.id/trindo3/Topik/bukti-khasiat-dari-lab.html

Siapa tak merinding mendengar kata AIDS – menurunnya sistem kekebalan tubuh akibat infeksi human immunodeficiency virus HIV yang memicu munculnya beragam penyakit? Menurut data World Health Organization (WHO), sekitar 2-juta penduduk dunia meninggal akibat AIDS sepanjang 2008. Jumlah itu mungkin turun jika para pengidap AIDS mengenal propolis.

Propolis memang belum dibuktikan secara klinis bisa mengatasi HIV. Namun, berdasar riset in vitro – di laboratorium – yang dilakukan para peneliti dari University of Minnesota, Minneapolis, Amerika Serikat, propolis berpotensi meningkatkan kekebalan tubuh para penderita HIV/AIDS. Tim peneliti menduga zat antiviral yang terkandung dalam propolis menghambat masuknya virus ke dalam CD4+ limfosit.

Propolis dosis 66,6 µg/ml dalam kultur sel CD4+ – sel T dalam sistem kekebalan yang memiliki reseptor CD4 mampu menghambat ekspresi virus HIV maksimal 85%. Lazimnya pada penderita HIV/AIDS, virus mematikan itu menginfeksi sel bereseptor CD4 dan merusaknya. Makanya, jumlah sel ber-CD4 pada penderita HIV/AIDS turun jauh di bawah angka normal. Pada orang sehat, jumlahnya sekitar 500 – 1.500/mm3 darah.

Penyakit berat

Berdasarkan riset di luar maupun dalam negeri, propolis memang terbukti ampuh melawan beberapa penyakit berat. Dr dr Eko Budi Koendhori Mkes, dari Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR), misalnya, membuktikan lem lebah itu membantu menekan kerusakan jaringan paru pada mencit yang diinfeksi Mycobacterium tuberculosis – bakteri penyebab penyakit tuberculosis (TBC).

Dari 100 mencit yang diinfeksi M. tuberculosis, tikus yang diberi kombinasi Isoniasid – obat antituberculosis – 25 mg/kg bobot badan dan propolis menunjukkan peningkatan kadar interferon ?. Interferon ? berperan mengaktifkan sel makrofag yang membunuh bakteri TBC. Mencit yang hanya diberi Isoniasid mengalami peningkatan kerusakan paru dari minggu ke-5 hingga ke-12. Sementara kondisi paru mencit yang diberi Isoniasid dan propolis dosis 800 mg pada minggu ke-12 sama seperti pada minggu ke-5.

Propolis berperan meningkatkan kekebalan penderita sehingga kerusakan jaringan dapat ditekan. Obat standar bekerja secara langsung menyerang bakteri TBC. Nah, kombinasi obat dan propolis mematikan bakteri TBC sekaligus mengurangi kerusakan paru-paru akibat serangan bakteri. “Propolis sangat bagus untuk meningkatkan sistem imun. Selain itu saya duga memiliki kemampuan antikanker,” tutur Eko.

Kanker

Dugaan Eko tidak meleset. Berdasar riset yang dilakukan di laboratorium Pengujian dan Penelitian Terpadu (LPT) UGM, produk propolis yang diteliti dapat menghambat sel kanker HeLa (sel kanker serviks), Siha (sel kanker uterus), serta T47D dan MCF7 (sel kanker payudara) dengan nilai IC50 berkisar 20 – 41 µg/ml. Artinya, propolis dosis 20 – 41 µg/ml dapat menghambat aktivitas 50% sel kanker dalam kultur.

Itu sejalan dengan penelitian dr Woro Pratiwi MKes SpPD, dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM). Propolis yang diberikan selama 1 bulan memiliki efek antikanker dalam organisme hidup. Itu ditunjukkan dengan menurunnya jumlah nodul atau tonjolan tumor dan menurunnya aktivitas proliferasi – penggandaan – sel tumor kelenjar payudara pada mencit. Namun, efeknya masih lebih rendah dibanding pada mencit yang diberi obat kanker standar, doksorubisin. “Sehingga, perlu dikaji penggunaan propolis dengan obat antikanker terstandar untuk memberikan efek terapi optimal dan efek samping minimal,” ujar Woro.

Polifenol dan flavonoid, sebagian senyawa yang terkandung dalam propolis, kemungkinan berperan menghambat proliferasi sel kanker. Menurut Dr Edy Meiyanto dari Fakultas Farmasi UGM, flavonoid biasanya mempunyai struktur khas yang mampu menghambat protein kinase yang digunakan untuk proliferasi sel. Jika protein kinase ini dihambat, proses fisiologi sel pun terhambat sehingga sel melakukan apoptosis alias membuat program bunuh diri.

“Senyawa golongan flavonoid dan polifenol yang ada dalam propolis juga memiliki efek antioksidan dan antitrombositopenia,” kata Prof Dr Mustofa MKes Apt dari Bagian Farmakologi & Toksikologi FK UGM. Penelitian tim FK UGM menunjukkan sediaan propolis yang diuji mampu mencegah penurunan trombosit pada mencit yang diinfeksi Plasmodium berghei – salah satu parasit penyebab malaria pada mamalia selain manusia. Dosis optimal 5 ml/kg bobot badan juga mampu meningkatkan jumlah eritrosit hingga 37% setelah 8 hari pemberian.

Aman

Khasiat lain propolis yang sudah dibuktikan lewat riset yaitu efek antimikrobanya. Uji yang dilakukan Eko pada 2007 menunjukkan propolis mampu membunuh 26 isolat bakteri Staphylococcus aureus penyebab infeksi pada kulit dan saluran pernapasan serta Escherichia coli penginfeksi saluran pencernaan. Propolis dosis 10% dan 20% mampu membunuh seluruh sampel kedua jenis bakteri.

Penelitian serupa oleh Dr Jessie Pamudji di Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung membuktikan efek antibakteri propolis terhadap S. aureus dan Propionibacterium acnes – biang jerawat. “Itu karena propolis mengandung senyawa yang bersifat antimikroba yaitu flavon pinocembrin, flavonol galangin, dan asam kafeat,” ujar Jessie.


Dra Mulyati Sarto, MSi Yang terpenting, riset membuktikan propolis aman meski dikonsumsi dalam jangka panjang. Menurut Dra Mulyati Sarto, MSi dari LPT UGM, toksisitas propolis sangat rendah. “Mencit yang diberi propolis tiap hari selama 1 bulan dengan dosis normal, fungsi dan kondisi organ tubuhnya tetap bagus, tidak bermasalah,” ujarnya. Dosis normal yang dimaksud setara 1 sendok makan propolis dilarutkan dalam 50 ml air untuk konsumsi manusia. Propolis baru menyebabkan kematian separuh jumlah hewan uji pada dosis di atas 10.000 mg/kg bobot badan. Jika dikonversikan ke orang berbobot 60 kg, dosis itu setara konsumsi 0,6 kg propolis setiap hari. Artinya, keampuhan dan keamanan propolis telah terbukti. (Tri Susanti/Peliput: Faiz Yajri, Nesia Artdiyasa & Rosy Nur Apriyanti)

___________________

Propolis Gagalkan Amputasi

Sumber http://www.trubus-online.co.id/trindo3/Obat-tradisional/propolis-gagalkan-amputasi.html

Mengunjungi kerabat dekat pada pertengahan 2006 berakibat fatal bagi Yatinah. Dengan Kadar gula darah 423 mg/l kakinya tak merasakan kap mesin angkutan kota yang panas. Sesampai di rumah punggung kaki melepuh.

Luka melepuh itu kemudian membengkak berisi cairan. Karena bengkak kian membesar, perempuan berusia 61 tahun itu lantas dibawa ke rumahsakit di Bekasi. Dokter menyayat dan mengeluarkan cairan lalu menjahitnya. Luka sayatan itulah awal derita. Penyakit gula membuat luka tak kunjung menutup. Dalam 3 bulan, luka itu semakin lebar dan dalam.

Meski setiap hari dicuci dengan air hangat dan dikompres, luka tak juga mengecil. Di bulan kelima, lukanya malah mulai bernanah dan menguarkan bau tak sedap. Puncaknya pada awal 2007 luka tembus sampai telapak kaki dan menjadi ganren. Ia pun tak lagi mampu berdiri, apalagi berjalan. Mobilitas perempuan 9 anak itu bergantung pada kursi roda.

Yatinah kerap bolak-balik ke klinik dan rumahsakit untuk memeriksakan lukanya. Perempuan yang hidupnya hanya mengandalkan warung makanan kecil di depan rumah itu mesti merogoh kocek Rp250.000—Rp500.000 setiap periksa. Meski demikian, ganren terus menjalar sampai kulit di sekitarnya lebam menghitam. Maret 2007, lebam kehitaman itu menjalar mendekati pergelangan kaki. “Jika sudah sampai pergelangan kaki harus di amputasi,” kata Yatinah menirukan ucapan dokter. Ia pun hanya bisa pasrah sambil terus mengkonsumsi obat dari dokter.

Sembuh

Pada April 2007, seorang tetangga datang berkunjung dan menyarankan mengkonsumsi propolis. Yatinah menurut walau ragu. “Dokter di klinik dan rumahsakit dengan obat buatan pabrik terkenal saja tidak bisa menyembuhkan, apalagi suplemen biasa,” katanya. Selama 3 hari ia mengkonsumsi kapsul berisi 500 mg propolis pada pagi, siang, dan malam sebelum tidur. Menurut Yatinah, konsumsi awal rendah itu untuk memberi kesempatan tubuh beradaptasi.

Setelah 3 hari konsumsi, Yatinah merasakan tidak ada reaksi penolakan dari tubuh dan baunya berkurang. Saat itulah ia merasakan lukanya berdenyut, pertanda saraf perasa kembali aktif. Konsumsi pun ditingkatkan menjadi 3 kapsul setiap minum dengan frekuensi tetap. Dua minggu mengkonsumsi, nanah berhenti keluar. Bau tidak sedap pun tidak lagi tercium. Luka di telapak mulai mengering, sedangkan luka di punggung kaki menyempit. Lebam kehitaman di sekitar luka memudar.

Saat itu konsumsi propolis masih dibarengi obat kimia. Setelah obat dokter habis, Yatinah melanjutkan pengobatan hanya dengan propolis. Sebulan setelah konsumsi, giliran luka di punggung kaki mengering bersamaan menutupnya luka di telapak. Dua bulan mengkonsumsi, nenek 17 cucu itu bisa lepas dari kursi roda. Ia kembali bisa berjalan meski agak tertatih. Tak sampai 3 bulan mengkonsumsi, luka mengerikan itu sudah lenyap.

Bukan cuma mengkonsumsi propolis secara oral, Yatinah juga menggunakan salep untuk obat luar. Ia mengoleskan salep mengandung propolis dan lidah buaya pada ganren di kakinya. Sebelumnya luka dicuci 2—3 kali dengan cairan infus. Cairan infus dipilih lantaran steril. Setelah dibilas dengan cairan madu, barulah salep dioleskan. Cairan madu menggantikan alkohol yang meskipun ampuh mengeringkan luka tapi sakitnya tidak tertahankan.

Dalam dan luar

Menurut dr Hafuan Lutfie, dokter yang meresepkan propolis sejak 2002, propolis bisa bekerja di dalam dan di luar tubuh. Jika dikonsumsi oral, propolis memperbaiki fungsi kelenjar pankreas dalam memproduksi insulin sehingga menurunkan kadar glukosa darah. “Tapi dengan catatan kelenjar pankreas masih berfungsi dan belum rusak total,” katanya. Selain membantu penyembuhan, propolis juga memberi nutrisi sehingga sel bisa beregenerasi. Fungsi itulah yang tidak bisa digantikan obat-obatan medis.

Jika digunakan di luar tubuh, misalnya dioleskan sebagai salep, propolis bisa menyembuhkan ganren dan menghilangkan nanah serta bau. Pasalnya, lem lebah itu bersifat antibakteri. Menurut Hafuan, nanah dan bau adalah sisa pertempuran antara sel darah putih dan bakteri patogen dari udara. Jika bakteri sudah dikalahkan oleh propolis, tidak ada lagi nanah penyebab bau yang terbentuk. Sifat lain propolis dan produk perlebahan lain secara umum adalah membantu pengeringan sehingga tidak dihinggapi bakteri patogen.

Daya menyembuhkan propolis tergantung kepada kadar yang dikonsumsi. Semakin tinggi kadar, semakin ampuh daya menyembuhkannya. Namun, jika kadarnya terlalu tinggi—misal melebihi 60%—zat itu tidak bisa tercerna tubuh lantaran sifatnya yang liat dan keras. Sebagai produk nonkimiawi, propolis aman dikonsumsi dalam jangka panjang tanpa efek samping. Toh, Hafuan mengingatkan, selain asupan propolis, penderita diabetes tetap harus menjaga pola makan dan menghindari konsumsi tinggi glukosa serta karbohidrat.

Anti bakteri

Propolis ampuh memberangus diabetes melitus dan efek sampingnya lantaran kandungan CAPE alias asam kafeat fenetil ester. Penelitian Fuliang dari Universitas Zhejiang, Hangzhou, China, dan Hepburn dari Universitas Rhodes, Grahamstown, Afrika Selatan, membuktikan ekstrak propolis menurunkan kadar glukosa, fruktosamin, malonaldehida, oksida nitrat, oksida nitrat sintetase, trigliserida, sampai kolesterol total dalam darah. Sementara hasil pengujian Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPT) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, menemukan propolis kaya alkaloid, flavonoid, polifenol, saponin, tanin, dan kuersetin, yang semuanya bersifat antioksidan.

Menurut dr Robert Hatibie, dokter yang meresepkan propolis dan produk lebah, propolis menstimulasi sistem imun sehingga tubuh mampu melawan infeksi bakteri patogen. Menurut Prof Dr Ir Mappatoba Sila, peneliti lebah di Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, propolis dibentuk lebah untuk melindungi larva yang baru menetas dari infeksi cendawan dan bakteri. Jadi, “Secara natural memang sudah bersifat antibakteri,” katanya.

Pendapat Robert dan Mappatoba diperkuat Dr dr Eko Budi Koendhori MKes dari Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Penelitiannya pada 2007 membuktikan propolis mampu membunuh 26 isolat bakteri Staphylococcus aureus penyebab infeksi pada kulit dan saluran pernapasan serta Escherichia coli penginfeksi saluran pencernaan. Propolis dosis 10% dan 20% mampu membunuh seluruh sampel kedua jenis bakteri. Bagi Yatinah, apa pun penjelasannya, yang penting ia lolos dari amputasi dan bisa berjalan kembali. (A. Arie Raharjo/Peliput: Tri Susanti)

__________________

Virus Dengue Mati Kutu

Sumber: http://www.trubus-online.co.id/trindo3/Obat-tradisional/virus-dengue-mati-kutu.html

Demam dan menggigil 9 hari akibat virus dengue penyebab demam berdarah terhapus dalam 24 jam.

Virus dengue itulah yang merenggut keceriaan Bella Dwi Sukmaningrum pada Januari 2009. Trombosit bocah 12 tahun itu anjlok: 46.000/µl; kadar normal 150.000—450.000/µl darah. Musim hujan seperti bulan ini memang rawan demam berdarah dengue. Akibat trombosit rendah, Bella menggigil karena sirkulasi darah terganggu sehingga banyak organ tak memperoleh pasokan darah. Samini, ibundanya, membawa Bella ke dokter.

Usai memeriksa, dokter mendiagnosis Bella positif tifus. Ahli medis itu meresepkan 3 jenis obat yang harus dikonsumsi 3 kali sehari. Semalam berlalu, demam Bella tak kunjung reda. Samini mendugaduga Bella terserang demam berdarah lantaran banyak tetangga juga menderita penyakit serupa. Oleh karena itu ia berniat memeriksakan ulang Bella. Namun, keesokan hari Bella sudah kembali lincah sehingga Samini urung menemui dokter.

Demam berdarah Dengue

Keceriaan itu sesaat karena pada malam berikutnya Bella kembali demam. Malahan hidung pelajar SD Negeri 2 Karangmojo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, itu mengeluarkan darah. Di kedua tangannya muncul bintik-bintik merah. Keluarga bergegas membawa Bella ke instalasi gawat darurat (IGD) sebuah rumahsakit di Madiun, Jawa Timur. Hasil diagnosis menunjukkan angka trombosit tinggal 46.000/µl.

“Lewat 1 jam tanpa pertolongan nyawanya melayang,” tutur Samini menirukan ucapan dokter. Untuk menopang kehidupan Bella, selang infus menancap di tangan mungilnya. Samini memberikan jus jambu biji merah kepada Bella berharap agar trombosit terdongkrak. Sayang, baru minum sedikit, Bella sudah muntah.

Prof Dr dr H Soegeng Soegijanto, SpA(K), DTM & H, pakar demam berdarah dari Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, menyatakan virus dengue menyerang monosit, bagian sistem imunitas atau kekebalan tubuh. Selain itu, virus juga memproduksi racun yang merusak kapiler pembuluh darah. Efeknya permiabilitas pembuluh tinggi sehingga mudah bocor. Akibatnya darah dalam pembuluh merembes ke jaringan ikat di sekitarnya. Lama-lama penderita kekurangan cairan sehingga lemas dan pusing.

Celakanya virus juga menyerang sumsum tulang belakang sehingga menghambat produksi trombosit. Virus itu merusak trombosit dalam darah. Jumlah trombosit pun semakin berkurang. Selain sebagai wadah bagi sel darah merah dan putih, trombosit berperan membekukan darah saat terjadi luka. Tanpa trombosit, sel-sel tubuh kekurangan pasokan nutrisi dan oksigen. Itulah sebabnya pasien diinfus cairan elektrolit untuk memperkuat sel sehingga fungsi organ tetap normal.

Demam berdarah akibat virus dengue yang seperti diidap Bella itu ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Hanya nyamuk betina yang mengisap darah untuk memperoleh protein demi memproduksi telur. Sumber energi nyamuk jantan dari nektar bunga. Serangga anggota famili Culicidae itu gemar hinggap di area gelap dan benda-benda berwarna hitam.

Propolis

Samini nyaris putus harapan setelah 6 hari Bella opname di rumahsakit, tetapi demam tak kunjung reda. Seorang tetangga yang membezuk menyarankan Samini memberikan propolis. Kerabat tetangga itu juga mengidap demam berdarah dengue dan sembuh setelah mengkonsumsi produk lebah itu. Bahkan, angka trombositnya tersisa 25.000/µl. Pegawai kantor Kecamatan Kartoharjo, Kabupaten Magetan, itu membeli 2 botol propolis masing-masing 150 ml.

Propolis yang dikonsumsi Bella merupakan produk yang dihasilkan lebah pekerja. Serangga sosial itu mengolah propolis dari berbagai bahan seperti pucuk daun, getah tumbuhan, dan kulit beragam tumbuhan seperti akasia dan pinus. Pada sarang buatan, lebah-lebah meletakkan propolis di celah antarpapan, bingkai, atau tutup sarang sebagai sistem pertahanan dari serangan penyakit.

Samini memberikan 1 sendok makan propolis setiap 3 jam kepada Bella. “Seharusnya setiap 2 jam, tapi ia rewel dan sering menolak,” kata alumnus Universitas Kediri itu. Kondisi itu menyebabkan Samini mesti agak memaksa. Usahanya membuahkan hasil, dalam 3 hari trombosit Bella merangkak naik. Sebelum minum propolis trombositnya sempat jatuh hingga 18.000/µl, meningkat 63.000/µl, dan stabil pada 121.000/µl pada hari ke-3.

Peningkatan signifikan itu menyebabkan Bella meninggalkan IGD dan berpindah ke kamar rawat inap. Saat Bella menunjukkan kemajuan pesat, keadaan sebaliknya terjadi di rumah. Silvy Nurhaliza, anak pertama Samini, mendadak demam. Belajar dari pengalaman sebelumnya, Samini segera membawanya ke rumahsakit. Dugaannya tak meleset; trombosit putri pertamanya itu turun sampai 97.000/µl. Silvy lantas menggantikan tempat Bella di IGD.

Bagi Samini, penanganan Silvy lebih mudah lantaran putri pertamanya penurut. Pelajar kelas VI SD Negeri 1 Karangmojo, Magetan, itu rutin mengkonsumsi propolis setiap 2 jam. Hasilnya, setelah 24 jam, angka trombositnya melejit menjadi 230.000/µl. Keesokan harinya Silvy menyusul sang adik di kamar rawat inap. Hari berikutnya dokter mengizinkan mereka pulang.

Menurut dr Hafuan Lutfie MBA, dokter yang meresepkan propolis dan produk perlebahan sejak 2002, propolis menonaktifkan virus dengan menguraikan protein penyusunnya. Akibatnya virus kehilangan daya serang terhadap sel. Mineral dan vitamin madu—tambahan dalam propolis itu—mempercepat produksi trombosit untuk menggantikan yang rusak. Itulah sebabnya angka trombosit Silvy meningkat tajam. Selain itu juga mempercepat pemulihan stamina, mencegah infeksi penyakit sekunder, dan mengurangi efek samping obat sintesis. (Argohartono Arie Raharjo/Peliput: Rosy Nur Apriyanti)

 --------------------

Propolis dapat mencegah penularan HIV
Propolis Ini zat alami yang biayanya murah telah terbukti dapat membunuh virus yang bertanggung jawab untuk salah satu penyakit paling mematikan di dunia dan paling tragis. Selanjutnya, ini bahan pembasmi kuman dari lebah juga menghambat virus HIV masuk ke dalam sel .

Penelitian yang membuktikan propolis menghambat virus HIV diterbitkan dalam The Journal of Ethnopharmacology pada tahun 2005, namun penelitian ini dimulai 5 tahun sebelum itu - ketika Genya Gekker bekerja sebagai peneliti medis di University of Minnesota .

Tim peneliti dan Gekker melakukan pengujian  berbagai zat terhadap virus HIV,ketika dia kebetulan mengalami flu. Gekker pilek diobati dengan propolis, obat yang populer di Eropa Timur dan Amerika Selatan. Seluruh dunia selama ribuan tahun, orang telah mengakui kekuatan penyembuhan dari propolis, sekarang terbukti oleh sejumlah penelitian pada manusia dan hewan sebagai efektif terhadap luka bakar , luka ringan, infeksi, penyakit inflamasi , sakit gigi, dan herpes kelamin . Orang-orang telah menerapkan propolis terhadap daftar panjang penyakit lain juga, termasuk
==> Infeksi jamur
==> Jerawat
==> Kanker
==> Gatal
==> Tuberkulosis
Di Ukraina, propolis adalah sebagai luas tersedia sebagai aspirin atau Echinacea berada di Amerika Serikat. Tapi 10 tahun yang lalu di Minnesota, Gekker harus mencari propolis, akhirnya menemukan beberapa di pasar petani lokal dimana  poduk lebah madu  dijual. Dengan sedikit alkohol, Gekker mengekstraksi tingtur propolis. Setelah pileknya  membaik, Gekker berkeyakinan kuat untuk menguji propolis terhadap virus HIV, sementara tim peneliti nya belum pernah menguji propolis terhadap HIV!

Gekker mengatur segala keperluan berkaitan pengujian itu dengan cermat, dan luar biasa,  Propolis membunuh HIV . Setelah puluhan percobaan laboratorium yang sukses dalam pengujian propolis terhadap virus HIV, Gekker  sampai pada hasil yang luar biasa dengan sebuah tim peneliti internasional yang dipimpin oleh Dr Phil Peterson. Peterson mengatakan propolis telah dipelajari di masa lalu, tetapi tidak untuk kekuatan untuk melawan HIV.

Uji coba laboratorium, propolis yang dimulai oleh Genya Gekker  berlangsung selama sekitar 3 tahun. "Itu pekerjaan yang sulit," kata Peterson. Sulit, tapi menarik. Setiap sampel propolis tunggal mampu menekan pertumbuhan virus HIV dalam uji coba laboratorium dan tampaknya menghambat kemampuan HIV untuk memasuki sel. "HIV menyerang mikroglia otak - yang mana virus tumbuh ketika masuk dalam sel-sel otak," jelas Peterson. "Serangan HIV lainnya yang utama adalah T-limfosit, sel darah putih khusus yang mempengaruhi imunitas. Dan kami menemukan, bahwa ketika  menempatkan propolis ini dalam sistem kultur sel, ia memiliki aktivitas mematikan terhadap virus di  mikroglia dan T-limfosit kultur sel. "

Meskipun demikian penelitian yang menakjubkan dan tindak lanjut sejak tahun 2005,menghasilkan  obat yang telah disetujui FDA namun masih perlu menunggu beberapa tahun lagi untuk hasil yang dapat dipertanggungjawabkan secara medis. Pertama, peneliti harus mengidentifikasi dan mengisolasi secara tepat komponen aktif dalam senyawa propolis yang menghambat HIV . Dengan setidaknya 300 atau lebih  komponen senyawa kimia aktif  dalam propolis, isolasi tidak mudah atau cepat. Para peneliti juga akan perlu untuk memecahkan masalah variabilitas batch. Tantangan variabilitas batch yang muncul karena lebah mengumpulkan propolis dari pohon yang berbeda dalam beragam wilayah di dunia!

Namun, bahkan sebagai roda gigi penelitian medis menggiling seterusnya, konsumen sehari-hari sudah dapat menuai keuntungan dari substansi heran cukup kuat untuk membunuh HIV dalam tes laboratorium. Propolis telah menjadi jauh lebih banyak tersedia dalam beberapa tahun terakhir - di belah ketupat, semprotan, permen karet, krim, salep, dan, tentu saja, dalam keadaan mentah dari para peternak lebah . Propolis juga mendukung sebagai obat rumah dengan peningkatan jumlah dokter terkenal, termasuk Dr Andrew Weil .

Terbaik dari semua, propolis merupakan zat, murah alami. "Kita tahu bahwa dari 40 juta atau lebih orang yang terkena virus HIV, 90% dari mereka hidup di negara berkembang, di mana mereka tidak dapat membeli obat retroviral pada $ 10,000 per tahun , "kata Peterson. "Propolis, dapat diperoleh dengan harga jauh lebih murah. Dan Propolis sudah digunakan dengan relatif aman untuk tujuan pengobatan sejak 5.000 tahun yang lalu, sejak zaman Mesir kuno setidaknya, di seluruh dunia.  Kami tahu Propolis memiliki aktivitas melawan banyak bakteri, jamur, virus - ini adalah gudang aktivitas antimikroba . Karena propolis, sarang lebah adalah salah satu tempat paling steril di bumi. Demikian penjelasan dari Dr.Peterson

Bee Propolis Stop Tumor dan Kanker dari Neurofibromatosis
Lebah madu adalah beberapa makhluk yang paling menakjubkan yang pernah dibuat oleh alam. Mereka memainkan peran penting dalam banyak pasokan makanan melalui penyerbukan, dan mereka memberikan orang dengan alternatif alami sehat untuk gula. Beberapa aspek yang paling menarik dari lebah adalah zat yang mereka buat untuk digunakan sendiri. Propolis adalah resin alami yang ditemukan dalam tunas pohon muda. Lebah mengumpulkan itu untuk digunakan sebagai perekat untuk menutup rumah mereka. Propolis adalah produk yang sangat kompleks yang mengandung zat yang mencegah dan mengobati penyakit mulai dari kanker sampai flu biasa. Penelitian terbaru telah mendokumentasikan kemampuan propolis untuk menekan pertumbuhan tumor manusia dari neurofibromatosis dan kanker.  

Senyawa dari proses tumor menghentikan propolis dalam uji klinis Neurofibromatosis adalah kelainan genetik yang dapat menghasilkan patch kopi kulit berwarna, tapi yang terbaik dikenal untuk menghasilkan tumor pada jaringan saraf termasuk saraf yang terlibat dalam pendengaran. Tumor dari neurofibromatosis dapat tumbuh di tempat lain dalam tubuh termasuk otak dan sumsum tulang belakang, dan jika pembedahan, mereka dapat kembali. Kondisi neurofibromatosis dapat mengancam kehidupan. Neurofibromatosis mempengaruhi satu dari setiap 3000 orang. Proses tubuh yang membentuk tumor neurofibromatosis bertanggung jawab untuk sekitar 70% dari kanker pada manusia. Propolis menghentikan pertumbuhan tumor neurofibromatosis pada kelompok pasien kanker mengambil bagian dalam studi oleh para ilmuwan di Universitaets Klinikum Eppendorf di Hamburg, Jerman. Disfungsi dari NF1 atau NF2 pengkodean gen adalah penyebab utama dari neurofibromatosis. Para peneliti sebelumnya menunjukkan bahwa gen PAK1 manusia adalah penting untuk pertumbuhan dari kedua NF1 dan NF2 tumor. Meskipun beberapa upaya telah dilakukan untuk mengembangkan obat anti-PAK1, tak ada satupun yang berhasil. Sejak propolis lebah mengandung bahan antikanker asam caffeic phenethyl ester (CAPE) dan artepillin C (ARC), yang keduanya memblokir jalur sinyal onkogenik PAK1, potensi efek terapi pada tumor NF dieksplorasi secara in vivo. Itu menunjukkan bahwa ekstrak CAPE kaya propolis dicampur dengan air benar-benar menekan pertumbuhan NF1 manusia dan menyebabkan regresi hampir lengkap dari manusia NF2 (schwannoma), yang telah dicangkokkan pada tikus. 

Para ilmuwan menekankan bahwa meskipun CAPE tidak digunakan secara klinis karena bioavailabilitas buruk, dapat dibuat larut dengan penambahan lipid (lemak). ( Sumber Phytotherapy , Februari) Dalam studi sebelumnya, tim Jerman ini mengidentifikasi anti-kanker CAPE itu kemampuan. CAPE adalah senyawa alami yang ditemukan di beberapa makanan, tetapi sangat terkonsentrasi dalam propolis lebah. Sebelumnya, propolis telah dikenal hanya untuk memiliki fungsi anti-kanker melalui kemampuan yang mendalam untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. percobaan klinis untuk menguji senyawa pada manusia sedang berlangsung. Sejauh ini, kanker pasien mengambil bagian telah melihat pertumbuhan tumor mereka dihentikan. Efek senyawa pada neurofibromatosis, melanoma dan kanker pankreas sedang diselidiki. Meskipun persidangan masih dalam tahap awal, mayoritas pasien telah menunjukkan tidak ada pertumbuhan lebih lanjut dari tumor mereka. Mereka yang bertanggung jawab penelitian ini percaya bahwa beberapa lainnya PAK-1 tergantung penyakit seperti AIDS dan Sindrom Fragile X keterbelakangan mental dapat dipengaruhi oleh senyawa. Propolis efektif melawan kanker laring Para ilmuwan di Brazil baru-baru ini meneliti efek propolis pada manusia karsinoma epidermoid laring. Mereka diinkubasi sel-sel dengan konsentrasi yang berbeda dari propolis lebah untuk periode waktu yang berbeda. Kemudian mereka menganalisis morfologi dan jumlah sel kanker yang layak. Data mereka menunjukkan bahwa propolis menunjukkan kemampuan untuk membunuh sel kanker dengan cara yang tergantung dosis dan waktu. ( Bukti Pengobatan Pelengkap dan Alternatif Berbasis , 22 Oktober 2007) Propolis menjaga tumor dari mendirikan pasokan darah mereka sendiri Dalam penelitian terbaru lainnya, peneliti memeriksa kemampuan komponen propolis untuk menghentikan tumor berkembang pasokan darah mereka sendiri. Ketika suplai darah ke tumor terputus, tidak dapat lagi menerima nutrisi untuk bahan bakar pertumbuhan. Acacetin, apigenin, artepillin C, CAPE, chrysin, asam p-coumaric, galangin, kaempherol, pinocembrin, dan quercetin dipelajari untuk aktivitas antioksidan mereka juga. Dua dari komponen, CAPE dan quercetin, memiliki efek penghambatan yang kuat pada pembentukan tabung dan proliferasi sel endotel, dan kebetulan menunjukkan aktivitas antioksidan yang kuat. Artepillin C, galangin, dan kaempferol juga memiliki kemampuan yang kuat untuk memblokir pasokan darah tumor. Masing-masing memiliki aktivitas antioksidan yang kuat meskipun tidak dengan tingkat CAPE dan quercetin. Sebaliknya, acacetin, apigenin, dan pinocembrin memiliki gelar cukup efek terhadap pembentukan suplai darah, meskipun mereka menunjukkan aktivitas antioksidan rendah. 

Para ilmuwan mencatat potensi senyawa ini untuk dikembangkan menjadi obat farmasi untuk pengobatan tumor manusia. ( Gizi Molekuler dan Food Research , 8 Desember 2008) Bee propolis meremajakan sistem kekebalan tubuh Penelitian double blind pertama dari propolis melibatkan tim dari lima dokter yang dipimpin oleh Profesor S. Scheller di Polandia, yang menemukan bahwa propolis memiliki kekuatan untuk memperpanjang utama kehidupan dengan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk melepaskan zat yang melindungi terhadap kerusakan seluler. Selain itu, propolis meningkatkan penghancuran bakteri asing berpotensi berbahaya dan merangsang pembentukan antibodi untuk membangun kekebalan terhadap banyak penyakit. Ini memperkuat pertahanan seluler membantu membangun ketahanan terhadap penuaan dan penyakit. Fagosit adalah sel-sel darah putih yang berfungsi sebagai pertahanan utama terhadap infeksi bakteri. Aktivitas mereka ditemukan ditingkatkan dengan propolis. Sebagai orang mencapai 30-an dan 40-an, sistem kekebalan tubuh umumnya mulai melemah, meningkatkan kerentanan terhadap penyakit. Propolis menawarkan aktivitas spektrum yang luas meskipun rentang luas dari flavonoid dan senyawa sel-bangunan, seperti vitamin, mineral dan enzim. Flavonoid dari Propolis dapat menghambat pelepasan histamin dengan menstabilkan lipid membran sel. Flavonoid menjaga terhadap simpanan lypofuscins penuaan, yang pigmen lemak di jantung, otak, saraf dan hati Berikut adalah beberapa komentar dari Dr Scheller tentang temuannya mengenai propolis sebagai dikutip dalam artikel Carlson Wade Bee Propolis Dapatkah Meremajakan sistem kekebalan tubuh : " Ada peningkatan kinerja fisik umum, juga seksual, dan di atas semua intelektual. "Di bidang gastro-enterological, kami menemukan efek yang menguntungkan pada perubahan menular di selaput lendir lambung dan usus. "Ada dipercepat dan ditingkatkan regenerasi jaringan luka pada jaringan diubah traumatis atau infectiously. "Tidak ada perubahan tegas negatif dalam gambar darah putih atau dalam hati atau nilai-nilai ginjal. Antara lain, ini substantiates tidak adanya efek samping propolis maupun non-toksisitas. "Dalam tulisan kami, kami terutama mempelajari efek pada sistem kekebalan tubuh dan mendokumentasikan efek lanjut positif dari propolis pada sirkulasi, metabolisme, fisik- sedang dan penyakit menular. "Simulasikan sistem kekebalan tubuh, dan adalah mungkin untuk mengontrol proses penuaan dan menikmati hidup panjang dan sehat. Propolis memegang kunci ini dalam bentuk peremajaan ". Propolis efektif terhadap berbagai bakteri dan virus A sarang lebah adalah tempat yang sibuk dijejali tubuh ramai. Kondisi ini akan membuat mereka sangat rentan terhadap infeksi bakteri dan virus, yang dapat menghancurkan sarang cara Wabah pes melanda Eropa pada abad ke-17. Namun lebah dapat mencegah infeksi dengan menggunakan getah dari pohon-pohon muda yang memiliki sifat antibiotik. Mereka mengumpulkan getah, remetabolize dengan sekresi nektar mereka, dan membawanya kembali ke sarang. Di sana mereka menyebar ke seluruh tempat sehingga setiap lebah akan sikat melawan dan menjadi diimunisasi Antibiotik pohon menjadi antibiotik lebah.. 

Studi telah mendokumentasikan kemampuan propolis terhadap Staphylococcus aureus yang menyebabkan infeksi mematikan di rumah sakit. Para peneliti menemukan bahwa ekstrak propolis menghambat pertumbuhan bakteri. Studi lain mencatat bahwa propolis menghambat aktivitas bakteri streptokokus spesies yang menyebabkan gigi berlubang. peneliti Jepang melaporkan bahwa propolis makan tikus laboratorium telah rongga jauh lebih sedikit daripada yang diberikan diet biasa. Para peneliti di Brasil baru-baru dievaluasi aktivitas antimikroba dari dua pasta berisi propolis ekstrak eksperimental terkait dengan kalsium hidroksida terhadap budaya polymicrobial dikumpulkan dari anak-anak pasta gigi geraham itu efektif dalam mengendalikan infeksi gigi.. ( Dental Journal Brasil , 2008) Propolis adalah sama efektif terhadap infeksi virus. Beberapa jurnal telah mendokumentasikan kemampuannya untuk melawan infeksi saluran pernapasan atas, seperti yang disebabkan oleh flu biasa dan virus influenza ini telah ditunjukkan untuk mencegah virus berkembang biak, tetapi harus digunakan selama periode infeksi tersebut.

----------------------------------- 

Propolis dapat digunakan sebagai pengawet makanan  alami, tidak berbahaya

 Ekstrak propolis dapat berfungsi sebagai pengawet antibakteri alami, menurut penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dari National University of Technology di Argentina dan diterbitkan dalam jurnal Food Chemistry.

peneliti diterapkan ekstrak propolis Argentina dengan budaya bakteri E. coli. Mereka menemukan bahwa ekstrak ini menghambat pertumbuhan bakteri pada konsentrasi minimum rata-rata 14,3 miligram senyawa larut per mililiter dari propolis paling aktif. Konsentrasi ini efektif pada populasi E. coli setinggi 10.000 sel per mililiter. Menurut penulis Enzo Tosi, konsentrasi ini aman untuk dikonsumsi manusia. "Kebanyakan  komponen Propolis adalah konstituen alami makanan dan diakui sebagai zat yang aman, "katanya. Para peneliti mengatakan bahwa dosis yang aman adalah 1,4 miligram mungkin propolis per kilogram berat badan per hari (0,63 miligram per pon), yang diterjemahkan menjadi sekitar 70 miligram per hari untuk orang dewasa. Propolis adalah resin lilin yang lebah mengumpulkan dari tanaman dan digunakan untuk menutup celah atau lubang lain di sarang mereka, atau untuk menutup diri zat asing (seperti bangkai hewan) yang terlalu besar untuk menghapus. Komposisi propolis sangat bervariasi tergantung pada sarang individu, wilayah tempat tinggal dan bahkan sarang waktu tahun. Hal ini membuat sulit untuk mengevaluasi efek propolis 'dengan studi klinis. Meskipun demikian, ada pasar besar untuk propolis sebagai kesehatan suplemen, dan telah ditemukan untuk menjadi berguna dalam mengobati radang, luka ringan pada kulit, borok, bakteri , virus dan jamur. Ini juga telah mengatakan untuk meningkatkan kesehatan jantung dan mengurangi risiko katarak. Namun, penelitian Argentina adalah yang pertama untuk menguji penggunaannya sebagai pengawet. Sebuah keengganan yang tumbuh di antara konsumen untuk menggunakan pengawet sintetis, yang sering berasal dari bahan kimia industri, telah menyebabkan ledakan dalam pengawet alami penelitian . Perusahaan makanan telah melihat ke dalam ekstrak rosemary, misalnya, sebagai alternatif untuk sintetis. Pasar di seluruh dunia saat ini di pengawet makanan diperkirakan $ 574.800.000.000, dan kemungkinan akan mencapai $ 710.000.000.000 pada tahun tahun mendatang.


 ________________________________________

Pengobatan Bronchitis dengan PROPOLIS

Bronchitis adalah peradangan disebabkan oleh basil atau virus dan berbagai zat polutan seperti zat kimia dari rokok atau asap rokok dan unsur polusi lainnya. Peradangan ini terjadi pada batang tenggorokkan dan mengakibatkan keluarnya lendir. Adanya lendir ini membuat tubuh bereaksi batuk-batuk yang merupakan mekanisme untuk membersihkan lendir. Keadaan ini akibat dari meradangnya saluran napas yang menghubungkan tenggorokan dengan paru-paru (bronchus).

Apabila peradangan terjadi berlangsung terus-menerus selama 2 tahun yang ditandai dengan batuk-batuk disertai dahak yang berlebihan disebut dengan bronchitis kronis. Gejala sakit lainnya yang biasanya di rasakan penderita adalah : munculnya rasa nyeri dan panas di bagian dada, mengalami kesulitan bernapas, suhu tubuh meninggi akibat peradangan, dan terkadang disertai dengan gejala batuk yang mirip gejala asma.

Sedangkan pada bronchitis kronis biasanya ditemukan unsur alergi dari si penderita serta adanya faktor turunan yang mempengaruhinya. Bronchitis kronis termasuk penyakit sumbatan paru menahun yang bersifat makin lama makin bertambah hebat keluhannya. Kebiasaan mengisap rokok merupakan faktor pendukung timbulnya bronchitis kronis.

Pengobatan Bronchitis dengan PROPOLIS

Sudah sejak lama secara tradisional kita mengenal cacahan sisiran lilin lebah mengandung banyak propolis digunakan untuk mengobati bronchitis.

Pada tahun 1975 dokter-dokter dari Rusia telah melaporkan hasil penelitian penyakit Pheuminia dari 76 anak. Penelitian ini untuk meneliti efektifitas penggunaan antibiotik yang umum dipakai dibandingkan antibiotik alami dari Propolis. hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan antibiotik alami dari Propolis menunjukan hasil yang sangat memuaskan dibandingkan dengan antibiotik kimia dalam mengatasi penyakit pheumonia pada anak-anak.

Pada tahun 1980 Dr Schelle dari Silesian Medical School merawat 260 pekerja di pabrik baja yang menderita bronchitis. Pasien dirawat dalam 24 hari dengan menggunakan pengobatan extrak propolis cair. Hasilnya penggunaan propolis sangat efektif untuk mengobati bronchitis.

Pada tahun 1989 Peneliti Rusia merawat 104 pasien yang menderita bronchitis kronis metode konvensional digunakan terhadap 56 pasien sedangkan 48 pasien diberikan obat hisap propolis dan madu. Pasien yang mendapatkan propolis dan madu bisa keluar rumah sakit 3-4 hari lebih cepat dari pasien yang dirawat secara konvensional. Tingkat pasien yang kembali sakit untuk yang dirawat secara konvensional 2x lebih tinggi dari pada yang dirawat memakai madu dan propolis.

Mengkombinasikan Madu dan propolis untuk penyembuhan bronkitis terbukti cukup efektif. Madu juga mempunyai zat anti bacterial sehingga mendukung kerja propolis dan perpadunan madu serta propolis akan terasa lebih nikmat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar